Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (FIB Unhas) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Pandangan Kearifan Lokal dan Sejarah Pandemi Pada Masa Hindia-Belanda”. Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat dalam program bina desa tematik Covid-19 yang berlangsung lewat aplikasi konferensi video, Senin (05/04).
Dalam pelaksanaannya, turut bergabung Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes, jajaran pimpinan FIB Unhas, serta Meta Sekar Pujiastuti MA PhD, dan Dr Andi Muh. Akhmar MHum sebagai narasumber.
Dr Andi Muh. Akhmar MHum, yang juga merupakan wakil dekan bidang Perencanaan dan Keuangan FIB Unhas memaparkan, pengalaman masyarakat Bugis-Makassar terhadap wabah yang pernah terjadi pada abad ke-16 dan 17, khususnya pada era Kerajaan Gowa. Wabah penyakit cacar dan radang paru kala itu menewaskan kurang lebih 60.000 jiwa dalam jangka waktu 40 hari di kerajaan Gowa.
“Kerajaan Bone juga pernah menghadapi pandemi kolera bersamaan menghadapi gempuran Belanda pada abad ke-17. Namun, pandemi ini pula yang menghentikan gempuran Belanda saat itu. Ada pula wabah yang paling menakutkan di Sulawesi Selatan yakni Kusta,” jelas Akhmar.
Apa yang dilakukan masyarakat kala itu hampir serupa dengan masyarakat saat ini. Melokalisir satu wilayah dan meramu minuman seperti jahe, gula dan garam untuk menangkal kolera.
Pada kesempatan yang sama, Meta Sekar Pujiastuti MA PhD, menjelaskan terkait refleksi Covid-19 melalui pandemi flu Spanyol tahun 1918 pada masa Hindia-Belanda. Refleksi ini memberi pandangan tentang pandemi. Dalam ilmu sejarah, ada asumsi bahwa sejarah akan berulang, ada pola-pola yang sama saat sebuah pandemi terjadi.
“Saya menelusuri apakah ada sebuah ramalan atau prediksi tentang apa yang terjadi hari ini. Ternyata ada Michael Osterholm, Laurie Garret seorang jurnalis yang meramalkan akan ada kejadian besar di tahun 2020, Bill Gates juga mengatakan ditahun 2015 bahwa akan ada kejadian luar biasa ditahun 2020. Apakah pandemi Covid-19 ini yang mereka maksud, entahlah tapi semoga prediksi atau ramalan-ramalan mereka cukup wabah ini saja,” jelas Meta.
Tak hanya itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes, turut memberikan pandangan dalam seminar tersebut sekaligus closing statement berakhirnya sesi seminar.
Prof Arsunan mengemukakan pendapatnya dari aspek epidemiologi. Virus adalah satu-satunya kuman yang punya target saat menyerang tubuh manusia. Ia tidak akan berhenti bila belum mencapai target. Begitu juga dengan Covid-19.
“Cara untuk memutus rantai penularannya dengan PSBB, lockdown. Tapi intinya tetap kembali pada manusianya. Jika kita semua disiplin dengan aturan maka kita bisa lebih cepat memutus rantai sebaran Covid-19. Manusia adalah media traveling virus, maka cara memotong proses penularannya adalah mengatur perilaku manusia, dengan cara di rumah saja, jaga jarak, dan jaga kebersihan,” tutup Prof Arsunan.
Wandi Janwar