Musyawarah Nasional II dan Seminar Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) pada hari ke-2, Selasa (6/8) membahas isu pendidikan tinggi dan pendidikan karakter. Acara yang dimulai pukul 09.00 Wita tersebut diawali dengan pengarahan oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas, yang juga merupakan Menteri Pendayaan Aparatur Negara/Reformasi Birokrasi, Drs. Syafruddin.
Dalam pelaksanaannya, acara ini diisi dengan penyampaian keynote speech, oleh empat orang narasumber, yaitu Prof Deddy T Tikson PhD (Universitas Hasanuddin), Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA (Rektor Universitas Hasanuddin), dan Dr Ir Apolo Safanpo ST MT (Rektor Universitas Cenderawasih, Papua). Ketika sesi keynote, Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Prof dr Budu PhD SpM(K) M Med Ed dipercayakan memandu sesi tersebut.
Dalam presentasinya, para narasumber memaparkan persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, serta solusi alternatif yang harus dan perlu segera diambil. Prof Deddy, yang merupakan guru besar dalam bidang Administrasi Publik menyoroti pengambilan keputusan di pemerintahan yang seharusnya melibatkan peran akademisi dan kampus.
“Guru Besar seharusnya tidak tinggal diam. Kita dapat selalu memberikan kontribusi pemikiran, baik diminta maupun tidak diminta. Caranya bisa dengan memberikan press rilis, sehingga pemikiran dan gagasan profesor dapat dipublikasi oleh media massa,” kata Prof. Deddy dalam rilis yang diterima identitas.
Beliau menganggap bahwa dalam kaitannya dengan pembangunan karakter, persoalan yang harus diselesaikan dewasa ini adalah kebiasaan cheating (curang) yang ada di berbagai level.
“Kita harus akui bahwa kebiasan untuk bertindak curang ini masih sering kita temui, mulai dari atas sampai ke masyarakat bawah. Untuk membangun karakter, kita harus mulai dari komitmen untuk menghapuskan kebiasaan ini,” tegas Prof. Deddy.
Sementara itu, Rektor Unhas, Prof Dwia juga menyampaikan presentasi bertema “Karakter Bangsa untuk Indonesia 2045”. Ia membahas tentang strategi mempersiapkan generasi muda untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, yang bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan RI ke-100 nantinya.
“Kita saat ini menghadapi masalah symptom interaksi dalam keluarga dan symptom interaksi manusia dan mesin yang menjadi semakin persoalan. Sering kita lihat, keluarga berkumpul tapi tidak lagi berinteraksi. Masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri melalui perangkat digitalnya,” kata Prof Dwia.
Guru besar sosiologi yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) ini selanjutnya menawarkan, perlunya pergeseran masyarakat (shifting society) dan pergeseran kekuasaan (power shifting).
“Pada tataran society, kita harus beralih dari ‘me centered society’ menuju ‘we centered society’. Masyarakat yang individualistik beralih menjadi masyarakat yang komunal, yang selalu memposisikan diri sebagai bagian dari kolektivitas. Sementara dalam kaitannya dengan pergeseran budaya, power shifting menuntut kita untuk melakukan yang disebut kultur digital yang humanis,” tambahnya.
Sedangkan pembicara ketiga, yaitu Dr Ir Apolo Safanpo ST MT menyampaikan, pemikirannya terkait kesenjangan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang terlalu mengedepankan kompetensi seharusnya mulai berubah untuk lebih menekankan pembentukan karakter.
“Ini sebenarnya ada dalam model pendidikan lembaga agama, dimana pendidikan itu mengutamakan karakter, yaitu sikap jujur, keadilan, tanggung jawa, dan lain-lain. Keterampilan dan skill memang penting, namun kurikulum kita perlu mengadopsi ruang untuk terbentuknya karakter,” kata Dr Apolo.
Sebelumnya, empat narasumber juga menyampaikan keynote speech, yaitu Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Kemristekdikti (Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD), Ketua Senat Akademik Unhas (Prof Dr Dadang Achmad Suriamihardja), dan Drs Suwarsono Muhammad MSc (dosen Universitas Islam Indonesia Yogyakarta). Untuk Sesi ini dipandu oleh Prof drg Harun Achmad PhD dari Unhas.
Munas II dan Seminar FDGBI selanjutnya membahas berbagai tema spesifik dalam komisi tematik. Menurut rencana, sore hari ini FDGBI akan menyampaikan pernyataan sikap terkait berbagai isu terkini, termasuk rencana masuknya Rektor asing dan profesor asing.
Wandi Janwar