Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas adakan kuliah tamu dengan mengundang Prof Dr Anwar Arifin sebagai pembicara. Kuliah ini mengangkat tema dari salah satu bukunya berjudul Pancasila Ideologi Tengah Tanpa Oposisi bertempat di Aula Prof Syukur Abdullah, Selasa (29/10).
Seusai prosesi penyerahan buku ke-58 dan 59 karya Prof Anwar kepada Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP Unhas, Dr. Hasrullah, MA, agenda tersebut dilanjutkan dengan pembahasan materi.
Dalam materi yang dibahasnya, Prof Anwar menegaskan bahwa posisi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia sungguh berbeda jika disamakan dengan ideologi negara lain. Pancasila dipercaya mampu berdiri sendiri.
“Pancasila memiliki nilai yang berbeda jika dibandingkan dengan berbagai ideologi yang ada di dunia. Namun sayangnya, Pancasila dikaji secara afeksi, sehingga pembahasan Pancasila di bangku SMA dan perguruan tinggi tidak banyak berubah,” jelasnya
Pria kelahiran Sengkang itu juga menuturkan sudah semestinya para generasi muda kini beringsut mempersiapkan diri atas berbagai permasalahan yang ada.
“Tugas ananda sekarang adalah mempersiapkan diri mengurus negara. Kalian harus memahami bahwa faktanya demokrasi adalah anak kandung dari revolusi industri I yang pantas diadopsi oleh orang barat dengan peradaban maju. Namun, berbeda halnya dengan demokrasi di Indonesia. Kita menggunakan demokrasi untuk kesejahteraan.”
Opini tersebut diperkuat kembali dengan ujarannya yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kolektivisme yang menjunjung tinggi kekeluargaan demi kesejahteraan bersama. Ia juga menyebutkan, Indonesia bukan penganut invidualisme seperti Amerika atau negara komunis.
“Kita tidak bisa memungkiri bahwa Indonesia adalah negara agraris MBS (red: Miskin, bodoh, dan sakit-sakitan) Hal tersebut tentu harus ditindaklanjuti karena Indonesia tidak berprinsip individualisme seperti Amerika yang segala sesuatu menjadi urusan individu masing-masing. Indonesia juga bukanlah negara komunis yang segala kekuasaan dilimpahkan ke negara,” ungkapnya.
Di akhir pemaparannya, Guru Besar Komunikasi berpesan kepada mahasiswa bukan hanya membeli kuota, namun membeli buku untuk digali ilmunya. “Tugas ananda di masa depan sangatlah berat,” tegasnya, Selasa (29/10).
M19