Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, menggelar dialog dengan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas, Abdul Fatir Kasim, Selasa (7/4). Dialog yang berlangsung secara daring ini berlangsung dari Kampus Unhas Tamalanrea dan Kampus Fakultas Teknik di Gowa.
Dalam pelaksanannya, pertemuan ini juga dihadiri Wakil Rektor Bidang Akademik (Prof Dr Ir Muh. Restu MP), Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (Prof Dr drg A. Arsunan MKes), Direktur Teknologi Informasi (Muhammad Niswar PhD), dan Kepala Biro Kemahasiswaan Unhas (Drs Andi Darwin MM).
Prof Arsunan yang bertindak sebagai pemandu dalam dialog tersebut menjelaskan, alasan diadakannya pertemuan daring adalah membahas aspirasi mahasiswa terkait proses belajar dalam situasi wabah Covid-19.
“Beberapa waktu lalu kita telah menerima aspirasi mahasiswa, dan melalui forum ini kita akan bersama-sama membahas bagaimana solusi dan juga mendengarkan apa yang menjadi kebijakan pimpinan terkait aspirasi tersebut,” kata Prof Arsunan dalam rilis yang diterima.
Pada kesempatan yang sama, Ketua BEM Unhas, Abdul Fatir Kasim juga menjelaskan latar belakang dari aspirasi yang mereka sampaikan. Secara garis besar, mereka menyampaikan aspirasi yang berkaitan dengan kuliah daring, subsidi kuota untuk mahasiswa, serta jaminan rasa aman dan perlindungan bagi mahasiswa yang masih tinggal di daerah kampus.
Menanggapi hal tersebut, Prof Dwia menyampaikan apresiasi atas kepedulian mahasiswa yang disuarakan oleh BEM Unhas. Menurutnya, inilah salah satu peran lembaga mahasiswa yang diharapkan, yaitu dapat merespon lingkungan sosial. “Wabah Covid-19 ini adalah kejadian yang tidak dapat kita hindari, sehingga mau tidak mau harus dapat berkompromi dengan kondisi. Saya mendengarkan betul apa yang menjadi aspirasi mahasiswa dan akan segera mengambil kebijakan untuk itu,” katanya.
Terkait proses kuliah daring, Prof Dwia menyadari bahwa konsumsi kuota internet mahasiswa akan meningkat. Untuk itu, tentu saja perlu ada intervensi yang dapat meringankan beban mahasiswa. “Mahasiswa S1 kita hampir 25 ribu orang, tentu kita tidak mungkin membantu semua, apalagi dengan sistem anggaran negara. Kemarin kita lakukan pada tahap awal untuk mahasiswa bidikmisi,” tuturnya.
“Setelah itu kita identifikasi yang membayar UKT rendah juga akan segera kita cari mekanismenya. Ini kita lakukan dengan prinsip keadilan. Bagi mahasiswa yang orang tuanya mampu, yang membayar UKT tinggi, misalnya, tentu kebutuhannya berbeda. Jadi, ini situasi dimana kita harus saling bantu, begitu juga mahasiswa dan orang tua,” lanjut Prof Dwia.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Dr Ir Muh. Restu MP menjelaskan bahwa sedapat mungkin pihaknya akan mengambil kebijakan yang tidak merugikan mahasiswa. Namun tentu saja, situasi yang dapat disebut darurat akibat wabah Covid-19 ini mau tidak mau harus ada kompromi.
“Kita juga sudah mendorong agar proses seminar proposal dan ujian skripsi dapat berlangsung secara daring. Bukan hanya itu, kita juga sedang bangun sistem agar pengurusan berkas dapat kita lakukan lewatdring juga. Harapannya, metode ini dapat diterapkan seterusnya,” kata Prof Restu.
Wandi Janwar