Atase Kerjasama Linguistik Institut Prancis di Indonesia, Dr Philippe Grangé tidak menyangka bahwa kedatangannya di Indonesia pada tahun 1982 menjadi kebetulan yang menyenangkan. Tugasnya sebagai sukarelawan internasional di Bandung kala itu bahkan mempertemukan, Grangé, begitu biasa ia disapa, dengan belahan jiwanya.
Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Prancis, Grangé sangat menggemari Indonesia, bahkan penelitiannya pun mengenai Indonesia. Lantas bagaimana kisah Grangé? Berikut kutipan wawancara reporter PK identitas, Nadhira Sidiki bersama Dr Philippe Grangé usai menghadiri Konferensi Internasional Bahasa Prancis (CIF), di Hotel Aston Makassar, Sabtu (2/11).
- Apa pentingnya mempelajari linguistik dalam kehidupan?
Sebenarnya dikatakan penting itu antara tidak dan iya. Namun, kita harus mengingat bahwa tidak ada seorang manusia pun yang tidak berbicara. Bahasa menjadi unsur yang sangat penting ketika kita berkeinginan untuk memperdalam pengetahuan tentang manusia. Mengingat dua puluh persen digunakan manusia untuk berbicara, mengerti wacana dari orang lain, dan berkomunikasi.
- Apa efek khusus ketika kita telah mempelajarinya?
Tidak ada efek khusus. Ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi, dan lain sebagainya itu digunakan untuk memahami dunia secara umum dan memahami manusia secara khusus. Kecuali, jika terdapat suatu temuan yang menarik. Namun, ilmu linguistik tentu tidak berbeda dengan ilmu sosial yang lain.
- Apa tantangan yang Anda hadapi ketika memegang jabatan sebagai Atase Kerjasama Linguistik Institut Prancis di Indonesia?
Hal yang menyenangkan tentu saya pribadi rasakan ketika antusiasme orang Indonesia dalam berdialog dengan bahasa Prancis meningkat. Sementara tantangan yang saya hadapi adalah menumbuhkan kesadaran rakyat Indonesia bahwa Bahasa Prancis tidak hanya cantik dan romantis, namun sebagai wahana berkomunikasi. Saya ingin membuktikan bahwa dengan mempelajari bahasa Prancis itu ada manfaatnya untuk mahasiswa dalam kegiatan profesional.
- Bisakah Anda membagi pengalaman selama menjadi Atase Kerjasama Linguistik Institut Prancis di Indonesia?
Saya baru setahun menetap di Jakarta. Bekerja di Kedutaan Prancis untuk Indonesia, saya sering bekerjasama dengan instansi pemerintah, seperti Kemdikbud, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, saya juga sering ke SMA di luar Jakarta yang mempelajari bahasa Prancis untuk kegiatan sosialisasi. Mendengar saya yang mampu berbicara bahasa Indonesia dengan lancar, mereka tampak terbiasa, toh sekarang banyak orang asing yang bisa bahasa Indonesia. Tugas kami memberi semangat dan membantu para pengajar bahasa Prancis dalam upaya pengajaran Bahasa Prancis.
- Mengapa Anda menggemari Indonesia?
J’aime beaucoup l’Indonésie sejak tahun 1982. Alasannya sederhana, yaitu segala sesuatu yang menarik. Entah karena pemandangannya dan lain sebagainya. Namun, satu hal yang paling menarik adalah rakyatnya. Indonesia adalah negara dengan daya tarik terkuat bagi orang asing ingin tahu. Mayoritas wisatawan yang ke Indonesia tentu ingin berkunjung kembali. Indonesia sangatlah menarik dari segi budaya, terutama masyarakat.
- Apa hal menarik dari Indonesia yang tidak banyak orang ketahui?
Menurut saya, Indonesia timur sangatlah menarik meski sayangnya kurang dipublikasi. Wisatawan asing selalu ke Bali, padahal Indonesia lebih indah jika ditilik dari berbagai sisi. Percayalah, bagian menarik lainnya adalah ketika saya bersepeda dengan rakyat Indonesia, itu jauh lebih menarik. Budaya, pemandangan hutan, gunung, dan pantai tentu menarik. Tapi, hal yang satu itu sangatlah berbeda. Saya sangat mencintai Indonesia. Mungkin saya juga sudah menjadi setengah orang Indonesia, saya tidak suka di pantai, saya takut hitam.
- Mengapa mengambil Tema Temps et Aspect en Indonésien sebagai Tema disertasi bapak?
Saya mengambil tema tersebut tentu bukan tanpa alasan. Di Prancis, sintaksis Indonesia itu kurang dikenal oleh banyak orang. Jadi itulah mengapa saya mengambil tema tersebut untuk bahan disertasi saya, saya ingin orang-orang lebih mengenalnya.
- Apa kesulitan mempelajari bahasa Indonesia?
Mengingat kata-kata yang mirip, seperti keledai dan kedelai. Kata-kata yang lainnya yaitu kepala dan kelapa. Hal itu sangat menyusahkan, bahkan saya pernah mengatakan bahwa saya sedang sakit kelapa. Lucu jika mengingatnya. Saya memiliki guru pribadi. Sedikit demi sedikit, secara bertahap saya mempelajari bahasa Indonesia.
Data Diri:
– Philippe Grangé, lahir tahun 1962
-Dosen linguistik dan bahasa Indonesia di Universitas La Rochelle
-Kepala Institut Universitaire Asie-Pacifique
-Koordinator program kerja sama desentralisasi antara CdA de La Rochelle dan Kota Kendari
Tema-tema penelitian:
-Sintaksis dan Semantik Bahasa Indonesia
-Studi Diakronik Bahasa Bajo Indonesia
M019
*Artikel ini diperbarui pada 20 November 2024, terutama pada poin ke-7 sebelumnya terkait bagaimana narasumber sampai di Indonesia.