Peran mahasiswa dalam sejarah perjalanan Indonesia cukup besar. Mahasiswa pun mampu membawa perubahan secara signifikan untuk negeri tercinta ini, untuk itulah dikenal istilah mahasiswa adalah agent of change. Selalu berupaya untuk mengaktualisasi diri, demi masa depan yang cerah.
Sebagai kaum cendikiawan dan intelektual muda, seorang mahasiswa harus sadar akan gelar maha yang sedang disandang, kita harus mengimplementasikan tugas dan fungsi mahasiswa secara komprehensif. Kesadaran akan posisi sebagai mahasiswa haruslah bertanggung jawab akan persoalan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Kecenderungan berfikir akan tugas mahasiswa hanyalah belajar, demi medapat nilai bagus, harus dikikis secara integral. Sebagai kaum yang tercerahkan, seorang mahasiswa harus berfikir secara visioner demi kemajuan yang dicita-citakan bangsa dan negara. Mahasiswa harus kritis dalam menanggapi isu-isu sosial politik, sosial ekonomi dan sosial masyarakat yang tidak memihak kepada rakyat. Mahasiswa dan pemuda sekarang merupakan pemimpin di masa yang akan datang. Pertanyaannya, apakah mahasiswa dan pemuda sekarang sudah siap melanjutkan estafet kepemimpinan para orang-orang yang mengambil kebijakan, dan penguasa di pemerintahan Indonesia kini dan nanti?
Mahasiswa dan Generasi Millennial
Berbicara tentang generasi millennial adalah hal yang cukup menarik, generasi millennial atau Generasi Y adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir antara tahun 80-an sampai 2000-an sebagai generasi millennial. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang berusia pada kisaran 15 – 34 tahun. Dibanding generasi sebelum, generasi millennial memang unik, kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi, utamanya internet, entertainment atau hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini.
Menurut Prensky (2001), Millennial adalah satu-satunya generasi yang disebut “Digital Native” lahir dan tumbuh berbarengan dengan teknologi. Dengan kecanggihan teknologi dan sarana yang ada, generasi millennial belum banyak yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka.
Tantangan Mahasiswa di Era Millenial
Tantangan pemuda di era millennial pun kian kompleks. Dunia sedang menghadapi permasalahan besar terkait terorisme dan radikalisme global. Pemuda rentan menjadi sasaran penyebaran, guna diperdaya sebagai pelaku. Ada beberapa faktor yang mendorong radikalisme masuk dan berkembang di suatu lingkungan, yakni karena memiliki keimanan yang lemah, dan berdampak akan mudah dan cepat sekali dimasuki paham-paham baru. Generasi millennial tidak boleh tinggal diam dan pasif menerima apa adanya. Generasi ini juga harus aktif, kreatif dan inovatif, tapi tetap berjalan dalam rel agama dan Pancasila.
Keterlibatan mahasiswa dalam organisasi dengan agenda yang padat, terkadang berbenturan dengan perjalanan akademis mereka. Ketidakmampuan sang mahasiswa dalam menjalankan peran di bidang organisasi dan akademis berakibat pada merosotnya nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) maupun lulus yang molor. Selain itu, tidak sedikit mahasiswa yang termasuk dalam tipe Kupu-Kupu (Kuliah pulang-Kuliah pulang) dengan menggandeng IPK tinggi, kendati minim pengalaman organisasi serta menyakralkan waktunya seharian untuk belajar materi perkuliahan saja.
Solusi Permasalahan
Universitas Hasanuddin merupakan salah satu universitas yang tak luput dalam memperhatikan pengembangan kecerdasan spiritual mahasiswanya. Berangkat dari kondisi akhlak mahasiswa yang buruk membuat pihak birokrasi unhas prihatin, sehingga pihak birokrasi Unhas bekerjasama dengan Asosisasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) berinisiatif membuat suatu program “Gerakan Unhas Mengaji dan Sholat Berjamaah (GUMSB)”untuk mahasiswa yang beragama Islam, program ini berlangsung sejak 8 Februari 2017. GUMSB merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjadikan mahasiswa dan alumni unhas sebagai insan cendekia, cendekia lahir dan batin. Sesuai dengan salah satu nilai Unhas, yaitu integritas yang diharapkan mahasiswa dapat tumbuh menjadi generasi jujur, berani, bertanggung jawab, dan teguh dalam pendirian.
GUMSB diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mendekatkan mahasiswa kepada Al-quran. Dengan semakin dekatnya mahasiswa dengan Al-quran semakin besar pula peluang untuk mengetahui isi kandungan di dalamnya, sehingga dapat membentengi diri mahasiswa untuk berperilaku kriminal. GUMSB harusnya menjadikan mahasiswa sebagai salah satu bagian yang memegang peranan penting dalam suatu bangsa. Selain untuk memperkokoh sisi lahiriyah mahasiswa Unhas, program GUMSB dilaksanakan sebagai upaya dari pihak kampus Unhas untuk menangkal paham-paham terorisme yang dapat mengancam keamanan masyarakat.
Penulis : Suci Barlian Sari,
Mahasiswa Program Studi Statistika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Unhas,
Angkatan 2015