Aksi solidaritas dilakukan sejumlah mahasiswa dan Cleaning Service di depan Gedung Rektorat Unhas, Senin (5/2). Aksi ini menuntut upah yang layak bagi Cleaning Service, transparansi kontrak kerja, jaminan kerja dan kesehatan, serta tindak lanjut atas kasus pelecehan seksual yang dialami salah satu Cleaning Service.
Setelah berorasi, 5 perwakilan mahasiswa Unhas dan 5 perwakilan Cleaning Service (CS) bertemu dengan pihak Unhas dan Manager Operasional PT Mitra Clean di Ruang Kerja Wakil Rektor III (WR III) tepatnya di lantai II Gedung Rektorat Unhas.
Sejumlah CS yang masuk menjadi perwakilan yaitu Jumria, Misriani dan Mahritiwan.
Pertemuan itu dihadiri langsung oleh Manager Operasional Cleaning Service PT Mitra Clean, H Muslimin, WR III Dr Ir Abdul Rasyid Jalil MSi, Kepala Biro administrasi umum Ir Andi Darwin dan Sekertaris Universitas Prof Dr Nasaruddin Salam MT.
“Sebelumnya saya ingin menyampaikan kalau kami dari pihak Unhas dan mahasiswa hanya mediator yah, bukan untuk mencampuri urusan internal perusahaan,” kata WR III yang akrab disapa Pak Cido ini membuka pertemuan.
“Demo ini tidak akan terjadi kalau tidak ada masalah di kalangan Cleaning Service. Jadi saya harap Pak H Mus (Manager Operasional PT Mitra Clean) agar mengadakan pertemuan nanti dengan para stafnya, dan beberapa CS untuk dijelaskan berapa gaji mereka, dan apa yang diperuntukkan kepada mereka,” jelas Cido, sambil mempersilahkan pihak perusahaan berbicara.
H Mus menjelaskan jika Cleaning Service ini menggunakan sistem outsourching sehingga tentu saja ada pengurangan gaji dari perusahaan sebagai keuntungan.
Penjelasan itu kemudian ditanggapi dengan beberapa pertanyaan dari beberapa perwakilan CS tadi.
“Kenapa baju mesti dibayar sedang tahun-tahun sebelumnya tidak? dan BPJS kami juga sudah dinonaktifkan padahal kami sudah bayar iuran?,” tanya misriani.
“Saya kemarin sempat sakit dan harus ke rumah sakit, tapi kartu BPJS saya katanya sudah dinonaktifkan, kata perawat, karena belum bayar iuran,” tambah Jumria.
H Mus mengakui jika memang tahun ini biaya baju dibebankan ke CS, karena dipotong gaji selama tiga bulan, dimulai pada bulan Februari. Terkait BPJS, H Mus mengatakan bahwa di kontrak tahun 2018 sudah tidak ada BPJS.
“BPJS sudah dihapuskan, Tapi diganti dengan BPJS mandiri dan sementara diurus,” jelasnya.
Berdasarkan tuntutan tentang pelecehan seksual yang dilakukan pengawas terhadap (korban), H Mus juga kaget karena menurutnya kasus itu telah selesai secara kekeluargaan. (korban) juga katanya telah menandatangani surat pernyataan bersama si pelaku yang ditangani langsung oleh Satuan Pengamanan Tertutup.
“Saya rasa itu sudah selesai karena sudah ada tanda tangan di atas materai dan kasus itu juga sudah lama ditutup,” kata H Mus.
“Kontrak tahun ini tetap memakai kontrak upah minimum tahun 2017, makanya tidak ada penambahan dan tentu saja perusahaan punya keuntungan, kan outsourching.” tutup H Mus.
“Maunya dijelaskan Pak, supaya jelas, jadinya anak-anak semua tahu,” tambah salah seorang CS.
Salah satu mahasiswa juga mengajukan pertanyaan kepada H Mus mengenai dana tender 12 miliar. Dari nilai tender yang besar itu, hanya sebagian kecil didapatkan oleh para CS.
“Cleaning Service mempunyai peralatan yang banyak, jadi saya tanggapi kita bahwa dengan nilai 12 M. Cleaning Service jumlahnya 345 berarti 345 sapu, sendok sampah, kali batas umurnya hanya 2 bulan, baru diganti, itu belum semua,” jawab H Mus.
Sekertaris Unhas, Prof Nasaruddin mengatakan hal seperti ini adalah kali pertamanya terjadi di Unhas. Ia berharap agar kiranya ada penjelasan yang dilakukan H Mus sebagai Manager Operasional kepada para Cleaning Service.
“Pak H Mus, segera selesaikan segala kesalahpahaman yang terjadi, dan tentang pelecehan kalau mau dibawa ke polisi segera selesaikan, karena saya tidak mau gara-gara hal ini merusak citra Unhas,” kata Nasaruddin, Senin (5/2).
Reporter: Renita