Universitas Hasanuddin merupakan salah satu dari sebelas perguruan tinggi negeri yang berbadan hukum di Indonesia. Universitas yang berdiri sejak 10 September 1956 ini, awalnya adalah pengembangan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia kala Bung Hatta masih menjabat Wakil Presiden.
Terhitung sejak awal berdiri hingga saat ini, universitas yang dikenal dengan julukan Kampus Merah tersebut telah dinahkodai 12 Rektor. Tahukah Anda, selain julukan Kampus Merah, rupanya Unhas memiliki banyak julukan lain. Hal tersebut merupakan representasi dari visi yang dibawa oleh para Rektor di masa jabatannya. Berikut kami rangkum beberapa julukan Unhas tersebut.
Comuniversity
Julukan ini merupakan salah satu dari empat program kerja prioritas yang dicanangkan Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, pasca dirinya dilantik sebagai Rektor Unhas Periode Masa Jabatan 2018-2022.
Peran Unhas sebagai Comuniversity ditingkatkan melalui inovasi dan kebermanfaatan Ipteks yang berbasis Benua Maritim Indonesia (BMI). Target capaiannya yaitu lebih dari tiga Pusat Unggulan Inovasi (PUI) unggulan, Akreditasi Paripurna, Rumah Sakit dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unhas. Selain itu, juga memiliki lebih dari sepuluh inkubator bisnis berbasis riset, program strategi nasional dan pencapaian Sustainable and Development Gaols (SDG’s) lainnya, serta memiliki kabupaten dan desa binaan sebagai percontohan.
Humaniversity
Julukan Unhas sebagai Humaniversity atau kampus berbasis humanisme juga dinobatkan pada masa jabatan Prof Dwia, tepatnya menjelang perayaan Dies Natalis Unhas yang ke-63. Perayaan Dies Natalis Unhas yang dihelat pada September 2019 lalu tersebut mengusung tema “Menguatkan Kolaborasi, Mendukung Unhas Humaniversity”.
Humaniversity sendiri merupakan konsep keseimbangan dalam kemanusiaan dan ilmu pengetahuan pada pendidikan tinggi. Konsep humaniversity merupakan wujud sumbangsih bagi sivitas akademika Unhas dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Universitas Riset (Research University)
Saat pertama kali terpilih sebagai rektor pada tahun 2014, Dwia berjanji untuk mengarahkan ke visi pengembangan Unhas 2030. Ia berjanji untuk menjadikan 100 persen kurikulum pembelajaran riset keunggulan Berbasis Maritim Indonesia.
Julukan Unhas sebagai Research University sebelumnya juga telah diusung pada masa kepemimpinan Prof Dr dr Idrus A. Paturusi Sp BO sebagai rektor terdahulu. Dikutip dari bundel identitas tahun 2013 edisi November, Unhas dinilai belum maksimal dalam mewujudkan dirinya sebagai Research University. Hal itu dikarenakan budaya meneliti yang masih sangat kurang di kampus, hal ini jelas terlihat dengan sedikitnya jumlah proposal mahasiswa yang lolos ke Pimnas serta jumlah penelitian dosen juga masih rendah.
Universitas Maritim
Dikutip dari bundel identitas edisi Mei 2010, setelah terpilih di periode keduanya sebagai rektor, Prof Dr dr Idrus A. Paturusi SpBO mencanangkan pegeseran visi Unhas. Dimana, sebelumnya merupakan Pusat Pengembangan Budaya Bahari menjadi Pusat Unggulan dalam Pengembangan Sumber Daya Insani dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni dan Budaya Berbasis Budaya Maritim Indonesia. Hal itu dilakukan setelah proses evaluasi perjalanan Unhas hingga tahun 2010 yang menunjukkan bahwa secara empirik, Unhas kurang selaras dengan rumusan visinya.
Menurtut Prof Idrus, kelebihan visi Benua Maritim dapat menangkap peluang-peluang yang lebih luas sesuai perubahan zaman. Maritim sendiri diartikan sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan dirgantara di atasnya, tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan sosial budayanya yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Prof Dwia yang kala itu menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kerjasama, menuturkan bahwa penelitian tidak dapat berkembang apabila prasarana lab tidak memadai. Oleh karena itu, untuk menunjang penelitian, perlu ada pembaruan untuk menciptakan laboratorium unggulan. Selain itu perlu kerjasama dengan instansi, perusahaan dan pemerintah.
Good University Governance (GUG)
Setelah dilantik menjadi rektor, pada periode pertama masa jabatannya, Prof Idrus bertekad menerapkan konsep Good University Governance (GUG) dalam kepemimpinannya. Kala itu konsep GUG merupakan hal yang benar-benar baru dalam lingkup universitas di Indonesia. Meskipun begitu, konsep GUG ini sebenarnya diadopsi dari konsep Good Corporance Governance (GCG) yang banyak diterapkan di lingkungan bisnis. Hal yang terkadung dalam GCG ini juga menjadi karakteristik utama dalam pelaksanaan GUG tersebut. Termasuk di dalamnya nilai akuntabilitas , transparansi, inklusivitas, efisiensi dan efektifitas.
Kampus Orde Otonomi
Dikutip dari bundel identitas edisi Juli 1998, julukan ini merupakan bentuk momentum reformasi untuk kembali menyuarakan otonomi daerah. Bahkan sebuah papan bertuliskan “Kampus Orde Otonomi” di tengah taman terpampang jelas, dan tak lepas dari jangkauan setiap pasang mata yang melintas di depan Kampus Merah. Pemancangannya bahkan dilakukan tepat tengah malam pada 17 Agustus kala itu. Hal ini dimaksudkan sebagai semangat untuk membangkitkan Indonesia Timur. Sayangnya, konsep ini tidak begitu populer karena Kampus Orde Otonomi sendiri masih kurang tersosialisasikan di kalangan mahasiswa.
Nah itulah beberapa julukan yang menjadi ciri khas dari Unhas. Julukan yang diberi tentunya mengandung makna tersediri dan menjadi target capaiaan sang nahkoda. Semoga ke depannya dapat membawa nama Unhas lebih baik.
Urwatul Wutsqaa