Pada tahun 2018, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat jumlah kendaraan yang beredar di Indonesia sebesar 12,6 juta unit. Memasuki tahun 2022, angka tersebut terus mengalami peningkatan hingga saat ini lebih dari 145 juta unit.
Angka tersebut mencakup kendaraan mulai dari mobil penumpang, sepeda motor, mobil barang, bus, hingga kendaraan khusus. Peningkatan jumlah kendaraan ini bisa berakibat pada meningkatnya gas emisi buang kendaraan bermotor, penumpukan jumlah kendaraan, pelanggaran lalu lintas, dan juga bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Melihat fenomena tersebut, Dosen Departemen Teknik Informatika, Fakultas Teknik (FT) Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Indrabayu ST MT MBus Sys melakukan penelitian bersama dosen lainnya dari Departemen Teknik Elektro untuk menciptakan alat yang bisa mengontrol masalah tersebut di jalan raya. Penelitian yang berkesinambungan ini telah di mulai sejak 2014.
Dalam mengumpulkan data lalu lintas, seperti jumlah kendaraan, kategori kendaraan, kecepatan kendaraan, dan sebagainya, Ia menggunakan Traffic Monitoring System (TMS) yang mengarah pada pengembangan Intelligent Transportation System (ITS) sehingga dapat menganalisis kebutuhan transportasi di masa depan dan meningkatkan keselamatan transportasi, hal itulah yang akan menjadi penunjang terbentuknya smart city di masa yang akan mendatang.
Dalam wawancaranya bersama Reporter Identitas, Achmad Ghiffary M pada Kamis (18/08), ia menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan selain karena fokus bidang keahliannya di kecerdasan buatan, ia juga termotivasi untuk menciptakan alat yang di buat oleh putra bangsa sehingga bisa mendukung smart city.
“Permasalahan bangsa dan kota kita hanya bisa di selesaikan oleh para teknokrat asli bangsa ini karena hanya putra bangsa ini yang mengenal akan wilayah negara ini,” tutur Indrabayu.
Penelitian di lakukan dengan memasang kamera berbasis computer vision di jalan-jalan besar di Kota Makassar, seperti di jalan A.P Pettarani dan Gn. Bawakaraeng, hal itu di lakukan karena kedua ruas jalan tersebut ramai di lewati oleh pengendara.
Pada dasarnya computer vision bekerja dengan memanfaatkan data video dan gambar yang telah di proses untuk menghasilkan informasi yang di butuhkan untuk mendeteksi, mengklasifikasi, menghitung, dan melacak kendaraan.
Untuk mengenali dan mengklasifikasikan kendaraan, Kepala Laboratorium AI FT Unhas itu menggunakan algoritma Binary Robust Invariant Scalable Keypoint (BRISK), yang dimana hal tersebut merupakan salah satu algoritma visi computer untuk mengekstraksi fitur.
“Pada saat kita melihat mobil atau kendaraan lainnya, maka kita harus mengekstrak fiturnya karena setiap kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, entah itu dari jenis, model, kategori, atau kalau perlu kita memanfaatkan karakteristik unik dari masing-masing kendaraan. Itu di lakukan untuk menghasilkan tingkat akurasi klasifikasi yang tinggi,” ucap dosen sekaligus Ketua Inkubator Technology and business FT Unhas tersebut.
Ia menyebutkan beberapa kendala yang di alami saat melakukan penelitian, seperti kurangnya dana penelitian dari Universitas hingga birokrasi yang kurang mendukung upaya-upaya para peneliti untuk mengambil data penelitian.
“Dana yang kami dapatkan tidak sebanding dengan apa yang akan kami buat, teman saya yang merupakan peneliti di salah satu universitas di Malaysia meneliti hal yang sama mendapat dana berkali-kali lipat di bandingkan saya. Hal lain terkait perizinan di birokrasi yang berbelit-belit tanpa adanya bantuan. Kalau bukan karena motivasi yang tinggi, mungkin penelitian ini tidak akan jalan,” jelas Indrabayu saat diwawancarai di kediamannya.
Indrabayu berharap agar pemerintah sadar bahwa dana riset itu tidak boleh di pangkas dan mengajak pemerintah agar saling memahami dan percaya agar kedepannya teknologi bisa di kembangkan sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia.
“Saya memohon agar pemerintah sadar akan hal itu karena kecerdasan buatan tidak akan berhenti berevolusi selama manusia masih hidup. Kami butuh banyak para ahli-ahli AI di masa mendatang, dan mereka juga perlu di hargai. Kalau tidak, negara ini akan di libas,” pungkas ahli kecerdasan buatan Unhas itu.
Achmad Ghiffary M