Kelas internasional menyodorkan berbagai program unggulan, sayang itu kurang bersambut. Minim peminat dan program kurang terealisasi.
Mulanya kelas internasional dibuka untuk menampung mahasiswa dari luar negeri. Dalam perkembanganya kelas ini juga menerima mahasiswa lokal (Indonesia). Dari 2016 hingga sekarang, sudah 11 program studi (prodi) kelas internasional. Di antaranya Manajemen, Akuntasi, Kesehatan Masyarakat, Teknik Sipil, Teknik Geologi, Teknik Arsitektur, Ilmu Hukum, Hubungan Internasional, Kedokteraan Gigi, Sayangnya, sebagian besar prodi itu minim mahasiswa bahkan kurang memiliki peminat.
Kelas Internasional Ilmu Kelautan paling nahas. Sejak dibuka 2018 hingga 2019, prodi ini belum memiliki mahasiswa. Ketua Departemen Ilmu Kelautan, Dr A Faizal mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan dalam menyosialisasikan keunggulan programnya. Salah satunya, tambah Ical, begitu ia disapa, saat Unhas mengadakan pameran yang menghadirkan semua kelas internasional untuk menarik peminat.
“Sayang hasilnya masih nihil. Tahun 2019 hanya satu pendaftar, jadi tidak dijalankan. Setelah itu tidak ada lagi,” terang Ical, Selasa, (18/5).
Persoalan minimnya mahasiswa juga dirasakan prodi lain. Teknik Geologi dan Teknik Sipil, juga terbilang susah menggaet mahasiswa. Beda dengan Manajemen dan kedokteran Gigi yang mampu menerima mahasiswa lebih banyak dibanding prodi kelas internasional lainnya.
“Ada perbedaan strategi sosialisasi dari tahun ke tahun, mungkin itu yang perlu dikaji lagi,” ucap Kepala Departemen Teknik Sipil, Dr Eng Muhammad Isran Ramli ST MT Selasa (18/5).
Minimnya peminat kelas internasional membangkitkan keprihatinan mahasiswa kelas internasional prodi Ilmu Hukum, Aghil Muhammad. Ia dan teman-temannya membuat suatu upaya melakukan sosialisasi program. Langkah awal yang dilakukan ialah merintis himpunan kelas internasional yang akan membantu penyebaran informasi kelas ini.
“Pihak kampus atau fakultas mesti menyediakan fasilitas agar mahasiswa yang mengikuti kelas internasional ini bisa menambah kemampuan dalam berbahasa Inggris,” kata mahasiswa angkatan 2019 ini, Selasa (18/5).
Hal serupa juga disampaikan mahasiswa Kelas Internasional Hubungan Internasional (HI), Ahmad Azhar Rasak. Menurutnya sebaran informasi kelas internasional kurang maksimal, seperti belum tersampaikan program-programnya dan bagaimana keluarannya nanti.
Beda pendapat yang diutarakan Kepala Departemen Hubungan Internasional, Darwis MA PhD. Ia mengatakan Unhas telah melakukan strategi dalam menggaet mahasiswa. Awal-awal pembukaan kelas Internasional HI tahun 2018, tambah Darwis, pihak Unhas telah melakukan sosialiasi seperti pameran kelas internasional, mengirim informasi ke atase pendidikan sehingga antusias prodi ini cukup tinggi, terdapat 15 orang pendaftar masa itu.
Selain sosialisasi melalui laman dan akun resmi universitas, Kepala Departemen Teknik Geologi Dr Eng Asri Jaya HS S T M T juga mengambil kesempatan bersosialisasi ketika ada kunjungan ke departemen.
“Dulu, pernah ada kunjungan dari siswa SMA Bone dan SMK Balikpapan. Bukan hanya itu, kita juga menjalin kerja sama dengan mahasiswa yang punya kegiatan di daerah,” jelas Asri Jaya Senin (17/5).
Direktur Pendidikan Unhas, Dr Ida Leida M SKM M KM M ScPH menanggapi penyebab rendahnya mahasiswa di kelas internasional. Menurutnya, memang ada prodi favorit, tapi ada juga yang tidak terlalu terkenal, biar juga reguler.
Selain itu, pergantian wakil dekan akademik atau penanggung jawab juga mempengaruhi gerak atau visi dari kelas ini. “Tidak semua sih prodi punya upaya yang sama dalam kelas internasional ini,” ucapnya.
Ida lanjut menerangkan, sosialisasi kelas internasional menyasar siswa lokal dan luar negeri. Selama ini, informasi disebar melalui penerimaan mahasiswa (SBMPTN), iklan di koran-koran, kerja sama tempat bimbingan belajar (bimbel), dan pameran. Namun sosialisasi langsung belum pernah digelar kembali selama pandemi Covid-19.
Adapun guna menyasar siswa luar negeri, jelas Ida, Unhas meminta bantuan ke atase pendidikan luar negeri untuk menyosialisasikan program kelas internasional ke sekolah-sekolah.
“Kami juga menjadikan mahasiswa asal luar negeri sebagai brand ambassador untuk sebar informasi program kelas internasional,” ucap dr Ida, Kamis (20/5).
Keluaran Terasa Reguler
Salah satu promosi kelas internasional ialah lulusannya dapat memiliki gelar sarjana ganda yaitu dari Unhas dan universitas mitra atau istilahnya double degree. Akan tetapi mahasiswa juga tetap memilih satu gelar saja atau single degree.
Namun program andalan kelas internasional tersebut belum juga terealisasi di beberapa prodi. Kendalanya ialah belum mendapat persetujuan dari universitas luar. Dalam proses persetujuan itu, double degree dapat berlaku bila terdapat kesamaan konsep kurikulum. Hal ini diakui prodi HI dan Teknik Geologi.
“Masih perlu kami jajaki dan bicarakan tingkat universitas, terutama program kuliah di universitas luar negeri” ucap Kepala Departemen Teknik Geologi, Dr Eng Asri Jaya HS S T M T.
Di sisi lain, alumnus Akuntasi Kelas Internasional, Ayu Khumaera menyampaikan, kelas internasional perlu meningkatkan pengajar dari luar negeri maupun jumlah negara mitra, agar pilihan mahasiswa lebih bervariasi.
Mahasiswa yang lulus 2020 ini menambahkan, sebaiknya kelas internasional membuat program yang mendorong mahasiswa giat mengikuti lomba tingkat internasional dan konferensi di luar negeri.
“Saya belum pernah merasakan mengikuti konferensi di luar negeri,” ucap Ayu Minggu (16/5).
Minimnya peminat kelas internasional adalah dampak dari kurangnya persiapan Unhas. Penilaian bisa diliat dari program, kurikulum, proses penerimaan mahasiswa, biaya pendidikan, sosialisasi, keluaran lulusan, dan masih banyak faktor lagi penyebab kurang bahkan tidak ada pendaftar. Bila tetap ingin mempertahankan, tentu dibutuhkan keseriusan Unhas khususnya prodi yang membuka kelas internasional.
Penulis : Sal, Hia, Nsa
Editor : Sri Hardiana