Pandemi Covid-19 yang diketahui menyerang saluran pernapasan telah menginfeksi secara global. Jumlah korban terjangkit dikabarkan terus menanjak per harinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, terkhusus di Indonesia untuk menahan laju penyebaran virus ini. Upaya tersebut berupa pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar, rapid test, pemakaian masker, menghindari kontak fisik, rajin cuci tangan dan berbagai upaya lainnya. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kemungkinan sembuh dari virus Corona mencapai 97 persen. Lalu apa kiat yang harus dilakukan seseorang bila terinfeksi virus Corona? Berikut kutipan wawancara Reporter identitas, Wandi Janwar bersama Rektor Unhas periode 2006-2014, yang sempat positif Covid-19, Prof Dr dr Idrus Andi Paturusi SpBO.
Bagaimana diceritakan kisah Anda terinfeksi dan dinyatakan positif Covid-19?
Kalau itu saya tidak tahu pasti dari mana datangnya. Kan setiap hari saya bergelut di rumah sakit, jadi tidak tahu apakah berhadapan dengan pasien yang positif atau tidak. Di rumah sakit kan banyak pasien yang mungkin positif tapi kita tidak tahu.
Setelah dinyatakan positif, apa yang mendorong Anda saat itu sehingga mau mengumumkannya ke publik?
Yah, kalau tidak diumumkan, orang bisa terus kontak sama saya, sehingga akan membuat banyak orang tertular. Kalau diisolasi dan kasih tahu keadaan saya, orang-orang yang pernah kontak dengan saya, bisa memeriksakan diri atau diperiksa. Kalau saya diam-diam, tentu bisa menularkan ke tiga, sembilan orang dan seterusnya.
Bagaimana pengalaman Anda saat menjalani masa isolasi dan perawatan di Rumah Sakit?
Saat saya diisolasi tidak ada orang yang boleh datang. Makanan dimasukkan langsung di kamar. Sepi, itulah yang saya rasa. Namanya juga orang diisolasi. Kalau perawatannya mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada, khusus untuk orang-orang positif seperti saya. Pagi kita diukur tensi, diukur suhu tubuh, diukur sirkulasi pernapasan, dikasih obat, dan dikasih makanan.
Keluhan apa saja yang dirasakan saat masa inkubasi virus Corona ?
Sebelum dinyatakan positif, sekitar dua hari di rumah sakit baru muncul gejala. Seperti demam, nyeri tenggorokan, batuk. Sebelum saya ke rumah sakit, saya tidak merasakan apa-apa. Setelah saya periksa, saya ternyata positif, yah sudah saya langsung masuk rumah sakit untuk dirawat. Jadi kan ada yang namanya masa inkubasi. Baru setelah lewat masa inkubasi mulailah timbul gejalanya. Masa inkubasi orang terkena virus ini bervariasi. Ada yang 14 hari, ada yang 21 hari, ada 7 hari, tergantung dari sistem imun.
Menurut informasi, saat Anda sedang diisolasi, seorang sahabat Anda yang juga dokter menyarankan menggunakan minyak kayu putih?
Iya benar, jadi minyak kayu putih sebetulnya sudah dari dulu saya pake. Itu cukup membantu, karena setelah saya lihat komposisi dan fungsinya, memang cukup signifikan untuk pengobatan melawan virus apapun. Minyak kayu putih mengandung sineol 1,8. Sineol ini punya fungsi sebagai anti inflamasi, anti peradangan, anti bakteri, anti virus, dan juga mampu mengencerkan dahak (mulkolitik) Selain itu, juga berfungsi sebagai ekspektoran yaitu mengeluarkan dahak yang menumpuk. Pada kasus infeksi Covid-19, terjadi penumpukan lendir di paru-paru jika tidak diobati dengan benar, bisa menyebabkan kegagalan fungsi pernapasan dan menyebabkan kematian.
Setelah dinyatakan sembuh, kegiatan apa saja yang dilakukan saat ini?
Saya mengajar dan mengikuti rapat Zoom dan segala macamnya karena sekarang sudah terbatas. Saya kan gugus Covid-19 provinsi. Jadi kalau ada rapat saya ke sana. Kalau ada bantuan saya kasih. Cuma sekarang pergerakan terbatas, karena ada aturan yang pergerakan kita itu cuman yang emergency. Kalau tidak emergency kita bisa tunda dulu.
Apa saja hal yang harus dilakukan ketika seseorang dinyatakan postif Covid-19?
Kalau positif saya kira harus segera melapor ke rumah sakit dan harus diisolasi. Kalau dia yang sudah positif masih berkeliaran di luar, bisa menjadi sumber penularan. Dan yang paling penting kalau sudah dinyatakan positif setelah atau sebelum, imunitas harus selalu dijaga. Makan makanan bergizi, olahraga, kemudian jam 9 pagi berjemur. Tapi kalau sudah kena, ada standar obat yang harus diminum dari rumah sakit, selebihnya suplemen seperti minyak kayu putih tadi. Fungsinya agar bagaimana bisa mempercepat penyembuhan.
Sekarang kita sudah ada upaya sosialisasi karena ini tidak berbahaya, orang sudah ratusan tahun menggunakan minyak kayu putih. Kalau mau bisa rutin digunakan, bisa menjadi preventif juga. Saya sendiri pake lima tetes di tisu, kemudian aromanya saya hirup. Saat dihirup, sensasi sineol-1,8 itu juga terhirup. Nah virus itu kan ada di saluran pernapasan, sampai langsung ke paru-paru. Jadi pengalaman kalau sesak, saya hirup itu aroma minyak kayu putih. Lega rasanya. Itu juga berfungsi sebagai inhaler saat memasuki hidung, hidung langsung terasa longgar. Selain itu, ikuti imbauan pemerintah, seperti physical distancing, cuci tangan, juga imbauan-imbauan serupa lainnya.
Apakah ada kemungkinan, orang yang telah sembuh dari Covid-19 bisa tertular kembali?
Kalau secara teori sih tidak, karena kita sudah punya anti bodi. Yang pertama itu aturannya kan harus dua kali di tes negatif baru dinyatakan sembuh, itu protokolnya. Jika sudah begitu daya tahan tubuh kita akan tetap aman jika sudah tidak ada lagi virus dalam tubuh. Yang kedua kita sudah punya anti bodi yang lebih baik. Teorinya seperti itu dan masih itu yang dianut hingga sekarang.
Apa kunci sukses menangani Covid-19 di Indonesia, khususnya Makassar?
Kuncinya orang harus disiplin. Buat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetap tidak bermanfaat kalau orang masih ramai-ramai dan berkeliaran keluar rumah. Jadi kalau mau, harus tanamkan komitmen tinggi, disiplin tinggi agar kita dapat mengikuti semua aturan-aturannya. Kalau kita disiplin, kita bisa cepat bebas. Tapi kalau tidak, bisa memakan waktu yang lama dan penularan bisa jalan terus. Kita juga harus semakin hati-hati. Kalau saya di rumah, ada barang kiriman saya semprot dulu. Kita usahakan tidak ada kuman yang masuk ke dalam rumah. Jadi misalnya saya kemarin dari rumah sakit, sepatu yang saya pakai tidak saya bawa masuk ke rumah. Tapi saya jemur dulu, terus saya langsung cuci baju dan mandi. Nah itu yang harus dijaga. Kalau tidak, kita kan tidak tahu kalau ada virus yang menempel. Nanti kita kumpul sama keluarga, anak, keponakan, mereka bisa tertular.
Data Diri Narasumber
Prof Dr dr Idrus A Paturusi SpBO adalah seorang Dokter spesialis Bedah Tulang dan Praktisi Pendidikan. Beliau pernah menjabat sebagai Rektor di Universitas Hasanuddin, Makassar periode 2006-2014. Beliau juga saat ini berpraktik di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Beliau menamatkan studi Dokter Umum dan Spesialis Bedah di Universitas Hasanuddin, Makassar. Setelahnya, Beliau mengambil studi Bedah Ortopedi di Universitas Indonesia, dan menerima gelar doktor di Universitas Hasanuddin.