Belakangan ini, ketentraman Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali diguncang dengan konflik yang melanda Papua. Hal ini diakibatkan oleh propaganda rasis yang dilakukan sekelompok massa dari aliansi organisasi masyarakat (Ormas) di Surabaya. Kerusuhan tersebut terjadi di beberapa wilayah, seperti Manokwari, Fakfak, dan Jayapura yang menimbulkan korban jiwa dari kubu demonstran dan aparat keamanan.
Isu referendum Papua yang sempat padam, kini kembali membara. Hal ini tak lain sebagai langkah taktis menuju kemerdekaan Papua. Bahkan desus yang sempat terdengar, isu ini ditengarai oleh beberapa pihak yang menginginkan Papua berpisah dengan NKRI. Tak hanya itu, konflik horizontal yang terjadi juga membuat pihak asing tersebut lebih mudah untuk membujuk para massa.
Lalu, bagaimana tanggapan pihak Universitas Hasanuddin (Unhas) melihat peristiwa ini. Untuk menjawab hal tersebut, Reporter Penerbitan Kampus (PK) identitas Unhas, Wandi Janwar mendatangi Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA yang juga Ketua Nasional Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI), di Acara Wisuda Periode I Unhas 2019 di Gedung Baruga A.P Pettarani Unhas. Berikut hasil wawancaranya.
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai konflik yang terjadi di Papua saat ini?
Itu harus menjadi perhatian serius, berarti ada ketidakpuasan antar warga terutama penduduk asli Papua. Baik itu karena mereka mengalami kekecewaan dari pemerintah pusat maupun daerah. Ini juga masalah disharmonisasi antara pendatang dengan penduduk asli, sehingga harus menjadi perhatian serius.
Sekalipun pertumbuhan ekonomi di Papua bagus, tetapi disharmonisasi antara penduduk asli dengan pendatang akan menjadi cikal bakal konflik yang besar. Jadi, pendekatan harus murni terkait pertumbuhan ekonomi, demokrasi, dan pendekatan sosial sehingga mereka berbaur satu sama lain.
2. Mengenai konflik tersebut, beberapa daerah seperti Makassar juga mengalami dampaknya. Bagaimana Tanggapan Anda?
Nah itulah efeknya, menyebar ke mana-mana. Kita antisipasi mudah-mudahan tidak menyebar lagi karena banyak warga Bugis Makassar yang ada di sana. Bisa jadi timbul distorsi antar mereka. Kita doakan saja semoga mereka aman di sana.
3. Dari sisi pemerintahan, bagaimana langkah yang harus mereka ambil?
Kalau dari sisi keamanan sudah cukup baik, dengan Polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dikirim ke sana untuk mengamankan. Namun, kita juga harus antisipasi pencegahan kedepannya supaya situasi disana tetap aman. Jadi harus digabungkan pendekatannya, selain keamanan juga harus ada pendekatan personal dengan mereka.
4. Menurut referensi yang didapat, konflik ini ditengarai oleh pihak ketiga. Bagaimana Anda memandang peristiwa ini?
Dari data yang ada, memang yang dilaporkan oleh aparat terdapat pengaruh dari asing. Maka dari itu harus terus waspada, sehingga bisa mengidentifikasi keberadaan provokator disekitar kita yang dapat memecah belah, apalagi mahasiswa.
5. Bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang lain yang menggap dirinya sebagai minoritas dan pendatang?
Jadikan kita semua sebagai warga NKRI. Walaupun dia (masyarakat Papua) pendatang tetap menjadi bagian dari kita. Tidak ada pembagian wilayah untuk pendatang dan penduduk asli. Makanya perlu dibangun komunikasi satu sama lain untuk saling toleran, menjaga perasaan, dan menghargai orang. Jadikan perilaku itu berbasis kultur, itu yang berbeda-beda.
6. Mengenai mahasiswa yang berasal dari Papua yang kuliah di luar pulaunya, mereka dipanggil kembali karena munculnya konflik tersebut. Bagaimana Anda melihat kasus ini?
Berarti dia merasa tidak aman, sehingga kita harus memberikan mereka keyakinan bahwa keamanannya terjamin. Terutama kepada mahasiswa Papua yang ada di Makassar, khususnya di Unhas.
7. Apa harapan Anda mengenai konflik yang terjadi di Papua saat ini?
Mari kita jaga toleransi, silaturahmi antar sesama, dan saling menghargai agar konflik seperti ini bisa terhindari.
Data Diri:
Nama: Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A
TTL: Tanjung Karang, Lampung, 19 April 1964
Jabatan: Rektor Univesitas Hasanuddin
Jenjang Pendidikan : S1 bidang studi sosiologi di Universitas Airlangga (1982-1985) dan di Universitas Hasanuddin (1985-1986)
S2 bidang sosiologi (1991 – 1993) di Department of Sociology and Anthropology, Ateneo de Manila University, Philippines
S3 Program Studi Imu Sosial Konsentrasi Sosiologi Universitas Hasanuddin (2001– 2005)