Judul : Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah
Penulis : Geulbaewoo
Penerbit : Haru
ISBN : 978-623-7351-71-9
Jumlah Halaman : 248 Halaman
“Menjalani hidup bukanlah perkara mudah. Namun, menyerah bukanlah satu-satunya pilihan yang harus diambil. Terkadang seseorang hanya memerlukan sedikit jeda dan menarik napas panjang untuk kembali melangkah menelusuri hidupnya kembali.”
Setiap orang memiliki masalah, rintangan, dan tengah menjalani peliknya kehidupan masing-masing. Tidak sedikit di antara orang-orang itu yang memutuskan untuk berhenti dan menyerah di tengah perjuangan. Namun, bagi sebagian orang menyerah bukanlah salah satu pilihan bagi mereka yang teguh dan memiliki pendirian kuat. Seperti halnya dalam buku yang berjudul “Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah” yang ditulis Geulbaewoo.
Buku dengan sampul berwarna krem ini memberikan kesan teduh berpadu padan dengan hal yang ingin disampaikan Geulbaewoo dalam tulisannya. Setiap kata dalam bukunya memiliki makna yang mengajarkan untuk selalu berusaha keras dan terus bangkit walaupun telah mengalami kegagalan berkali-kali berdasarkan pengalaman yang telah penulis lalui.
Cerita berawal ketika Geulbaewoo berusia 25 tahun, ia merupakan seorang pebisnis pakaian yang bangkrut dan terlilit utang jutaan won (mata uang Korea Selatan). Namun, ia tetap melangkah, berjuang, dan berharap agar kehidupan bahagianya dapat kembali lagi. Apakah penulis terlalu naif saking putus asanya ia menciptakan harapan untuk dirinya sendiri? Lantas bagaimana perjuangan yang akan ia lakukan untuk mewujudkan harapan tersebut?
Meski dengan harapan yang sedikit pupus, ia memutuskan untuk merantau ke Seoul dengan sisa harta yang ia miliki. Di tempat baru itulah ia berusaha untuk bangkit dan membangun kariernya dari awal mulai dari tinggal di gudang sebagai indekosnya dan berjualan kue beras. Usahanya membawa keberuntungan, keteguhannya dalam bermimpi menjadi pebisnis pakaian sukses membawanya bertemu dengan seorang pengusaha kaya, kala itu menawarkan pekerjaan kepadanya namun ia tolak dan hendak melanjutkan berjualan kue beras.
Pembaca entah paham atau tidak dengan jalan pikir penulis, tetapi momen tersebut menjadi titik balik Geulbaewoo hingga dapat melunasi utangnya dalam waktu delapan bulan, ia menerima pesanan kue beras senilai 80 juta won dari sebuah perusahaan. Mungkin, kamu sudah dapat menebak siapa kira-kira yang akan membeli kue beras dengan uang berjumlah dua digit tersebut.
Meski telah melunasi utangnya, Geulbaewoo pada saat itu memulai kembali bisnis pakaiannya dan lagi-lagi gagal mempertahankan bisnis tersebut. Hingga pada usianya yang menginjak 28 tahun, berbagai kegagalan sudah ia cicipi dan kini sudah tahu cara untuk menghadapinya. Impian lamanya sebagai penulis lantas ia gali kembali dan berhasil mendapat atensi pembaca di internet.
Dalam buku yang disajikan dengan berbagai kalimat motivasi tersebut, Geulbaewoo membuka pikirannya kepada pembaca bahwa kariernya yang berubah-ubah datang dari pilihannya sendiri.
“Semuanya terserah kepadamu. Lakukan sesuka hatimu. Namun, pilihan datang dengan tanggung jawab” katanya.
Mimpi yang awalnya ingin menjadi pebisnis pakaian, kini tergantikan dengan kariernya sebagai seorang penulis. Pada 2017, terbit sebuah buku dengan predikat paling laris. Hal tersebut mengajarkan pembaca bahwa kau akan sukses dengan caramu sendiri. Buku ini akan menimbulkan satu pertanyaan terpenting dalam hidup, bagaimana caranya agar seseorang memahami jati dirinya sendiri?
Kisah Guelbaewoo tidak berhenti ketika ia sudah menemukan puncak kariernya, pembaca juga disuguhkan dengan kisah asmara sang penulis. Meski dikemas dengan berbagai wejangan hidup, buku ini bermaksud agar pembaca dapat introspeksi diri tanpa ada kesan menggurui. Cerita yang terdapat dalam buku karya Geulbaewoo mempunyai banyak kesan dan pesan yang ingin disampaikan.
Satu pesan yang patut digaris bawahi, “Perbedaan tidak menjadikan proses lebih lambat dari orang lain”. Setiap orang mempunyai caranya masing-masing untuk melangkah dewasa dan tidak semua hal harus disamakan.
Otto Aditia