Jangan berlama-lama dengan rasa takut yang nyatanya hanya ilusi, karena jika bukan sekarang, maka kapan lagi?
Pernah dengar tipe introvert? Tipe kepribadian yang lebih suka menghabiskan waktu sendiri daripada berinteraksi dengan orang lain. Seseorang yang lebih senang berada di dalam kamar dengan sebuah buku dan segelas susu daripada berkumpul di café bersama teman. Yah, itu aku.
Entah sejak kapan, kemungkinan awal masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), aku adalah gadis yang lebih suka berbaring di dalam kamar sambil membaca novel cetak ataupun wattpad. Lebih memilih menghabiskan waktu sepulang sekolah di dalam kamar daripada harus keluar dan jalan bersama teman. Saat teman atau siapa pun mengajak jalan, aku akan berpikir berulang kali untuk menerimanya, bahkan memikirkannya saja sudah cukup melelahkan.
Begitupun, saat ibuku mengajak untuk membeli baju dan jalan-jalan di mall. Aku hanya berkata dari balik kamar. “Jangan ma ikut, dehh. Belikan maka saja baju dan Mie Pangsit kalau pulang ki.”
Ibuku terkadang sampai menceramahi. “Keluar-keluar mako dari kamarmu, tidak letih baring terus? Lihat kulitmu, pucat sekali macam vampire saja, tidak pernah kena matahari.” Padahal aku tidak berpikir kulitku sepucat itu.
Akibat dari kebiasan di rumah dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Saat memasuki dunia perkuliahan aku dipaksa untuk belajar berinteraksi dan berbicara di depan umum. Aku sering merasa gugup dan gagap sebab tidak tahu harus mengatakan apa.
Tahu rasanya saat kata-kata yang sudah tersusun dengan rapi di kepalamu, namun begitu sulit untuk mengutarakannya. Tentu saja membuat frustasi dan malu. Bayangkan, kamu berbicara di depan umum, dihadapan ratusan pasang mata, tetapi dengan bodohnya terdiam sambil meremas tangan yang terasa dingin dan gemetar. Saat berbicara yang keluar dari mulutmu adalah bahasa yang tidak dapat dipahami orang, “A..a.anu sa..a-“. Lucukan? Iya, lucu memang bagi mereka yang belum pernah mengalami, karena meraka tidak tahu betapa gugup, takut dan membuat frustasinya itu.
Maka itu, aku bertekat belajar bersosialisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Terutama belajar agar tidak lagi merasa panas dingin saat diharuskan berbicara dihadapan puluhan ataupun ratusan pasang mata. Ruang belajar menghilangkan rasa gugup awalnya kutemui di himpunan jurusan dan organisasi lain yang dapat mengenalkan lebih banyak orang baru.
Langkah pertama untuk belajar ialah saat mengikuti pengaderan himpunan. Kita dituntut untuk bersosialisasi dan membangun relasi dengan teman dan senior. Di beberapa kesempatan saat pengumpulan, aku selalu memberanikan diri untuk berbicara, melakukan apa pun yang sekiranya dapat menutupi dan menyembuhkan rasa gugupku. Semua tentu tidak mudah, ada rasa takut ‘salah’, takut bila orang lain mungkin tidak setuju dengan pendapatmu, menertawakan tindakanmu, dan rasa takut lainnya yang sering menahanmu.
Aku selalu berpikir jika bukan sekarang kapan lagi? Jika seperti ini, lantas apa yang akan dilakukan di masa depan? Aku punya mimpi menjadi pengusaha. Pekerjaan yang menuntut bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Apalah jadinya jika kekurangan itu menjadi hambatan dan boomerang di masa depan? Hal ini memotivasiku melawan rasa takut itu.
“Selalu ada langkah pertama yang harus dilakukan untuk apapun itu. Kalau bukan sekarang kapan lagi, Nanda? Jangan sampai menyesal nantinya,” mantra ini sering aku ucapkan pada diri sendiri bila mendapat keraguan dan rasa takut menghampiri.
Setelah lulus pengaderan. Aku mulai aktif mengikuti kegiatan himpunan, dari mengadakan diskusi, kepanitian, hingga moderator yang memimpin diskusi. Aku pun bergabung dengan Penerbitan Kampus Identitas Unhas agar bisa lebih meningkatan kemampuan komunikasi melalui wawancara bersama narasumber-narasumber hebat.
Alhasil, kerja keras itu mengubahku secara perlahan, walau terkadang masih ada rasa gugup. Setidaknya aku bisa mengatasinya sehingga orang lain tidak dapat melihatnya. Orang-orang di sekitarku bahkan mengatakan, aku adalah orang yang pandai berinteraksi dan berkomunikasi. Saat mendengar itu, aku hanya tersenyum dan berkata “Aku tidak seperti itu, kalian pasti belum mengenalku dengan baik.”
Yah, aku masih seorang gadis introvert yang lebih suka berada di kamar dengan novel, menghabiskan waktu di tengah keheningan. Perasaan akan kegugupan yang dahulu menghantuiku setidaknya tidak pernah lagi nampak kepermukaan. Kebanyakan orang lain tidak dapat menyadarinya.
Jadi, untuk kalian yang mengalami hal serupa, sekali lagi aku katakan. “Lakukan sekarang, ambil langkah pertamamu untuk maju. Terobos semua rasa takut itu. Sebab, aku yakin di masa depan kamu tidak akan menyesalinya.” Aku yakin kamu juga bisa! Ayo berubah bersama-sama, jangan berlama-lama dengan rasa takut yang hanya ilusi itu! Ambil langkah pertamamu.
Penulis Annur Nadia F. Denanda
Merupakan Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Unhas,
Angkatan 2019
Sekaligus Layouter PK identitas Unhas