Mungkin judul ini terasa aneh. Bagaimana bisa lalat buah dapat membawa seseorang melintasi samudera. Namun, setelah membaca tulisan ini, semoga dapat memberikan menggambarkan apa yang saya alami.
Cerita dimulai saat saya diterima sebagai mahasiswa program doktoral di Universitas Kanazawa pada 1 Oktober 2012. Kampus ini terletak di ibu kota Prefektur Ishikawa, kota bersejarah yang terletak di pantai barat Jepang. Dahulu merupakan tempat tinggal salah satu klan terkaya dan terkuat masa Tokugawa Shogunate, yakni klan Maeda.
Karena dikenal dengan cerita sejarahnya, di kota tersebut terdapat beberapa tempat wisata yang digemari oleh pelancong mancanegara, diantaranya museum seni kontemporer abad ke-21, pasar Omicho, dan distrik Higashi Chaya. Bila ingin berkunjung, kesempatan yang baik ketika musim semi saat bunga sakura bermekaran dan musim dingin salju menghiasi berbagai tourist spot tersebut.
Kembali lagi, selama menempuh pendidikan saya dibimbing oleh Prof Yoshinobu Nakanishi, seorang peneliti bidang imunologi. Saya diperkenalkan dengan lalat buah. Serangga mungil ini biasa dijumpai pada buah yang sudah kelewat matang.
Lalat buah atau Drosophila melanogaster merupakan organisme model yang sangat menjanjikan dan masih jarang diteliti dalam ilmu biomedik (cabang ilmu kedoteran dengan asas ilmu pengetahuan alam dasar yang mempelajari penyakit, penyebab, dan solusinya). Di mana sebelum-sebelumnya menggunakan model tradisional seperti mencit dan tikus, maka keberadaan organisme model alternatif pun sangat diperlukan. Terobosan ini menjadi pertimbangan untuk menggantikan penggunaan hewan model tradisional dalam pengujian pra-klinik kandidat obat baru.
Berkat penelitian menggunakan lalat buah, saya diberikan kesempatan mengikuti berbagai konferensi internasional di Kyoto, Kobe, dan Toyama, serta dua kota mancagenara yaitu Busan (Korea Selatan) dan Marbella (Spanyol). Salah satu pertemuan ilmiah internasional yakni Toll Meeting 2015 di Marbella yang memberikan saya kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset di depan peneliti dunia, termasuk peraih Nobel Prize tahun 2011, Prof Jules Hoffman.
Marbella merupakan suatu kota turis yang terletak di dekat Cordoba dan laut Mediterania. Saking terkenalnya, ilmuwan dan petualang Islam Ibnu Battuta mengumpamakan Marbella sebagai “a pretty little town in a fertile district.” Salah satunya adalah Alcazaba, sebuah benteng yang dibangun ketika Islam berkuasa di Cordoba pada abad ke-10. Hingga kini, masih berdiri kokoh dan merupakan salah satu lokasi yang sering dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara.
Singkat cerita, pada Maret 2016 saya pun berhasil menyelesaikan studi program doktoral di Kanazawa Universitydan kembali ke tanah air. Tentunya, kerja sama penelitian dan publikasi dengan Prof Nakanishi masih terus berlanjut. Hingga kami, tim dari Unhas melakukan studi banding ke laboratorium lalat buah yang ada di luar negeri.
Lagi-lagi, berkat hal itu saya berangkat ke Manchester, Inggris menggunakan dana kerja sama Unhas dan The University of Manchester (UoM), Juni 2017. Saya bertemu dengan beberapa peneliti lalat buah namun yang paling berkesan dengan Prof Andreas Prokop.
Melalui kolaborasi internasional dengan Prof Prokop, saya berinisiatif untuk memperkenalkan platform riset in vivo alternatif menggunakan lalat buah di Fakultas Farmasi Unhas. Maka diluncurkan laman Fly Indonesia atau flyindonesia.wordpress.com untuk mendukung inisiatif tersebut. Fly Indonesia, mencoba untuk memperkenalkan penggunaan lalat buah sebagai model alternatif dalam riset biomedik dan farmasi. Halaman ini menawarkan solusi murah, mudah, dan applicable terhadap permasalahan pendidikan dan penelitian pada level perguruan tinggi.
Berkat kerja sama Jepang dan Inggris, penelitian menggunakan lalat buah di Unhas pun mulai berjalan. Tim riset kami, Unhas Fly Research Group (UFRG) pun terbentuk dan hingga kini telah berhasil mempublikasikan hasil penelitian di jurnal nasional maupun internasional. Kemudian berhasil mengantarkan lebih dari 20 mahasiswa bimbingan strata sarjana dan magister untuk menyelesaikan penelitian dan mendapatkan gelarnya.
Hingga saat ini, peneliti di UFRG telah berkolaborasi dengan puluhan peneliti mancanegara. Manfaatnya dapat dirasakan oleh Unhas secara langsung maupun tidak. Seperti mendatangkan peneliti-peneliti kelas dunia untuk berbagi ilmu.
Nah yang akan datang, empat dosen dari luar negeri, termasuk Dr. Tim Weil dan Dr. Robert Kinobe (James Cook University, Australia), bersedia menyampaikan ilmunya untuk mahasiswa program sarjana dan Pascasarjana Fakultas Farmasi Unhas pada Maret – Mei 2021.
Pertemuan dengan Prof Nakanishi dan lalat buahnya telah membuka jalan bagi saya untuk menyusuri berbagai tempat di luar negeri dan menjadi pribadi yang lebih berkembang. Melalui perjumpaan dengan peneliti dan cendikiawan dunia, kolaborasi internasional dalam bidang pendidikan dan penelitian pun berhasil dilahirkan.
Penulis Firzan Nainu, dosen Fakultas Farmasi Unhas