Di tengah perkuliahan, Mahasiswa Departemen Sastra Perancis, Azizah tampak kesakitan. Ia tertunduk seraya memegangi perutnya yang perih. Proses perkuliahan pun sempat terhenti. Dosen mata kuliah lalu meminta Azizah untuk pulang saja ke rumahnya. Namun, ia bersikeras tetap mengikuti perkuliahan hingga selesai.
Lantaran sakit yang sudah tidak tertahankan, Azizah dengan dibantu oleh temannya, Ivi, harus keluar kelas meski kuliah belum usai. Ketika di luar ruangan, bukannya bergegas untuk mengobati sakit perutnya, mereka malah kebingungan harus ke mana.
Azizah tidak mungkin balik ke rumahnya lantaran jaraknya yang cukup jauh. Di tambah ia membawa kendaraan roda dua yang bisa membahayakan ketika di perjalanan.
“Seandainya di sini ada klinik. Kayak di sekolah ada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang bisa ditempati mahasiswa untuk beristirahat jika tidak enak badan,” ucap Ivi kepada Azizah kala itu.
Mahasiswa angkatan 2018 ini juga enggan ke rumah sakit karena takut proses administrasi yang panjang dan ribet.
Setali tiga uang, mahasiswa Ilmu Administrasi Publik Unhas, Liviah, juga pernah mengalami kebingungan saat sakit perutnya kambuh. Tepatnya pada 10 September lalu, sakit tak tertahankan ia alami ketika kuliah berlangsung. Saat temannya hendak membawanya ke luar kelas, mereka kebingungan karena tidak adanya tempat untuk mendapatkan pertolongan pertama.
“Menurutku klinik sangat perlu karena misalnya sekarang sakit ka, teman-teman bingung mau bawa ke mana, saya juga bingung mau bagaimana. Mau tidak mau terpaksa ke rumah sakit, padahal kalau di RS itu biasa ribet ki,” keluh Liviah saat diwawancarai reporter identitas.
“Baiknya, disediakan di tiap fakultas supaya mahasiswa lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan atau pertolongan pertama saat mengalami gangguan kesehatan di kampus,” lanjutnya.
Unhas yang saat ini berstatus Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH) dan sebagai universitas menuju World Class University tampaknya memang masih perlu berbenah dalam hal pelayanan. Termasuk pelayanan kesehatan yang semestinya disediakan klinik bagi mahasiswa ataupun dosen.
Dibanding universitas negeri lainnya seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjajaran, Universitas Negeri Padang yang menyediakan klinik gratis bagi mahasiswa yang membawa Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), dosen dan pegawai. Unhas yang kini telah berstatus PTN BH pun belum memiliki klinik kampus yang menjadi kebutuhan darurat.
Meski memiliki rumah sakit yang cukup dekat dengan kampus, namun pengurusan yang cukup panjang dan ribet membuat civitas akademika berpikir dua kali untuk berobat di sana. Mereka justru merasa membutuhkan layanan kesehatan kampus. Layanan ini tentu yang tidak memberatkan baik dari segi biaya maupun prosedur administrasi.
Kebutuhan akan klinik atau layanan kesehatan di kampus juga dirasakan oleh Kepala Kantor Implementasi PTN BH, Prof Dr Deddy T Tikson. Bahkan, ia kerap kali mengajukan usulan pembangunan klinik kampus kepada rektor Unhas dan para senat akademik.
Namun hingga kini, akuinya, usulannya sama sekali tidak ada tanggapan. “Yah mereka hanya bilang bagus-bagus saja, ya mungkin terkendala pada operasionalnya,” katanya.
Dosen Ilmu Administrasi Publik Unhas ini melanjutkan, tenaga emergency sebenarnya cukup Koas Unhas saja. Koas bekerja saat jam tertentu. Namun, dokter juga perlu didatangkan bila dalam keadaan yang sudah sangat gawat dan mesti ahli yang tangani.
Menurutnya, di Unhas harus ada klinik yang sifatnya tidak hanya untuk melayani gawat darurat saja. Namun juga pelayanan-pelayanan dasar seperti pemeriksaan tekanan darah bagi dosen dan konsultasi kesehatan bagi mahasiswa. Mahasiswa harusnya menuntut pelayanan dasar tersebut.
“Seperti saya yang sudah tua, pagi-pagi periksa tekanan darah, kan kalau ke rumah sakit ribet dan biasanya lama karena harus cek kesehatan secara lengkap,” imbuh Prof Deddy ketika ditemui di ruangannya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tidak apalah itu menjadi bagian dari rumah sakit Unhas, tapi itu harus dikatakan sebagai klinik kampus. Dan semestinya tidak dikenakan biaya. Seperti halnya di Universitas Padjajaran yang memiliki klinik sebagai konsultasi bagi mahasiswa yang terkait penyakit ringan.
Ia mengatakan, ini bukanlah suatu kekurangan Unhas, tapi ada kebutuhan pelayanan darurat atau medis dasar terkait masalah kesehatan yang perlu dipenuhi Unhas.
Penulis: Nurmala