“Berbisnis bukan hanya pendapatan semata, tetapi ada rasa tuk memperkenalkan ciri khas dari tanah kelahiran (Enrekang)”
Itulah ungkapan dari sosok jejak langkah kali ini, alumus Fakultas Peternakan Unhas, Marwah. Ia adalah pemilik usaha dengan merek Rumah Dangke. Usaha yang bergelut dalam bidang tata boga ini dikembangkan selepas melakukan Praktik Kerja Lapangan pada tahun 2018.
Mulanya, dara kelahiran 1 November 1995 ini berbisnis bukan hanya untuk memperoleh income. Namun ia ingin mempromosikan makanan khas tanah kelahirannya, Enrekang, hingga ke luar negeri. Sejak di bangku Sekolah Dasar, jiwa bisnis Marwah telah nampak. Ia senang dengan proses transaksi dari berjualan. Ia mengaku, jiwa berbisnisnya ini turun dari neneknya yang juga seorang pengusaha.
Dangke adalah makanan khas dari Kabupaten Enrekang atau biasa dijuluki Negeri Seribu Gua yang terbuat dari susu kerbau atau sapi yang dibekukan. Makanan serupa keju ini diolahnya menjadi camilan berupa kerupuk dangke. Pemasaran produknya melalui sistem online dan dititip pada beberapa toko di Makassar.
Marwah memilih dangke menjadi ladang bisnis, karena menurutnya pemasaran dangke belum terekspos secara meluas. “Saya melihat potensi dangke sangat besar, tapi pemasarannya di daerah Enrekang saja. Jadi saya berpikir mi untuk kembangkan ini bisnis supaya bisa lebih dikenal,“ katanya dengan logat Enrekang yang kental kepada reporter identitas.
Memulai usahanya, Marwah membeli bahan dan keperluan proses produksi, seperti alat laminating (press) dan tentunya dangke yang dibawa langsung dari kampung halaman. Saat ini, bisnisnya bisa dikatakan sukses. Pasalnya, pembeli kerupuk dangke sudah ada di berbagai pulau di Indonesia. Banyak toko yang ingin membeli produk kerupuk dangke miliknya.
Sukses menjadi pengusaha, Marwah sempat melewati proses yang sulit. Orang tuanya semula tak mengizinkan anaknya itu terjun di dunia bisnis. Mereka ingin Marwah tetap fokus menyelesaikan kuliah. “Oh ternyata ini mi bikin ko lambat lulus. Cari uang mko pale saja”. Itulah sepenggal kata-kata orang tua Marwah saat mengetahui ia menjalankan bisnis.
Karena tak mendapat dukungan orang tua, Marwah menjalani bisnis dengan modal dari uang beasiswa yang ia sisihkan. Namun, kerja kerasnya berbuah manis. Selang beberapa waktu, ia memperoleh izin orang tua untuk terus berbisnis. Bahkan ia sempat diberi tambahan modal untuk mengembangkan usahanya.
Kini, Marwah aktif dalam proses pengembangan produk, baik dari varian rasa, kemasan, dan berusaha mencapai target dengan produksi 200 bungkus per hari. Hal itu dilakukannya guna memperkuat dan meningkatkan daya beli dan pemasaran.
Selain menjual, Marwah juga sering ikut dalam beberapa kursus bisnis. Di situ, ia belajar menjadi pengusaha yang tak hanya sekadar menjual, tetapi juga dapat melakukan hal-hal lain. Dengan semangat yang tinggi, Marwah selalu bercita-cita agar dangke bisa dikenal, baik dalam lingkup nasional, maupun internasional. “Saya berharap, dangke tidak hanya dikenal di Enrekang saja, tapi bisa lebih luas dari pada itu,” harapnya.
Mayangsari