Saat sedang bersantai di rumah, tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Panggilan masuk nomor telepon kode Malaysia sedang mengagetkanku. Kuangkat telepon itu dengan tenang. Rupanya, panggilan itu dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang meminta wawancara via telepon. Sebenarnya tidak ada persiapan apa-apa untuk mengikuti sesi wawancara ini, toh saya dihubungi setelah waktu wawancara yang ditentukan sudah lewat. Saya kira aplikasi yang pernah saya usulkan untuk kegiatan itu tidak diterima. Kendati, saya tetap senang karena dinyatakan lolos sebagai peserta dalam mengikuti Workshop CIMB Young ASEAN Leaders 2018.
Kegiatan ini berlangsung selama seminggu (19-26 Oktober 2018). Diikuti oleh 50 orang pemuda terpilih dari berbagai negara di Asia Tenggara. Dan Saya termasuk salah satu dari delapan orang pemuda yang mewakili Negara Indonesia. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur. Sebelumnya, saya pernah bermimpi bisa berkunjung ke luar negeri tanpa biaya sepeser pun dari orang tua, dan mimpi itu akhirnya terwujud.
Perjalanan saya menuju Negeri Jiran menggunakan pesawat Air Asia. Saya berangkat dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menuju SHIAM ke KLIA2. Perjalanan memakan waktu sekiranya tiga jam.
Setiba di Kuala Lumpur, kami disambut oleh panitia yang bertugas menjemput semua peserta. Penerbangan pertama ke Negara Malaysia telah membuat saya kagum pada Tata Wilayah Kotanya. Fasilitas publik dibangun dengan baik. Melihat ke atas langit pun membuat hati senang. Bagaimana tidak, langitnya nampak biru cerah, yang menandakan minimnya polusi udara di sekitar bandara.
Setelah beberapa peserta workshop telah tiba, saatnya kami melanjutkan perjalanan menuju UKM (Universitas Kebangsaan Malaysia). Kami menempuh perjalanan sekiranya satu jam, dengan menggunakan bus. Di bus, kami berembuk bersama dengan delegasi asal Thailand yang bernama Eyes dan Chest, mereka begitu ramah.
Tak lama kemudian, bus yang kami tumpangi tiba di jalan tol. Saya melihat dari kaca jendela bus, moda transportasi beroda dua ternyata bisa lewat tol, berbeda dengan di Indonesia. Tak hanya itu, pengendara juga sangat tertib, tidak seperti di Kota tempat tinggalku, Makassar. Kebanyakan pengendara lebih senang ngebut. Hehe
Kami akhirnya tiba di Hotel Puri Pujangga, milik UKM. Di sinilah kami menginap sekaligus mengikuti workshop selama beberapa hari. Kami disambut ramah oleh panitia dan peserta yang lebih awal mengikuti Ballroom Bakawali. Saat itu, saya sedikit canggung, mungkin karena kami belum kenal satu sama lain.
Dalam workshop itu, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya cukup senang, karena saya bisa satu kelompok dengan Nara yang juga berasal dari Indonesia (Bali). Tak hanya itu, teman kelompok saya juga berasal dari Kamboja, Malaysia, Philipina, dan Myanmar. Mereka yang akan menjadi keluarga saya dalam seminggu di Malaysia.
Workshop di hari pertama dibuka oleh Datuk Hamidah, Pimpinan CIMB Foundation, yang membiayai seluruh kegiatan ini. Selanjutnya menyanyikan lagu ASEAN “Let us Move Ahead”. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberian materi dari berbagai ahli di bidang Arsitek, Energi Baru dan Terbarukan, Ahli Green Building, serta praktisi dalam bidang Smart City. Materi diberikan sampai hari ketiga. Selain itu, terdapat tugas dari panitia untuk membuat maketh Smart City kepada setiap tim.
Hari ketiga dan keempat di Malaysia, kami mengujungi berbagai tempat seperti UEM Edgenta (Developer Smart Building di Malaysia sekelas Ciputra di Indonesia), ST Diamond Building (Gedung percontohan Low Energy dan Environmental Friendly di Putra Jaya), kompleks Pengomposan di UKM (kompleks pengomposan skala besar untuk mengolah sampah organik) serta Botanical Park Putra Jaya.
Walaupun saya kagum pada beberapa hal di Malaysia, saya bahkan lebih kagum pada negara saya sendiri, Indonesia. Dengan sumberdaya alam yang besar, serta keberagaman budaya, membuat saya akan tetap cinta Indonesia. Seperti pesan Sri Mulyani Indrawati, Menkeu RI, untuk tidak pernah lelah mencintai Indonesia.
Saya juga sempat berbincang ke beberapa delegasi negara lain seperti Kamboja, yang mengatakan bahwa Indonesiabahkan lebih maju dari negaranya. Selanjutnya saya berbincang dengan mahasiswa Geologi dari Myanmar yang mengatakan bahwa SDA Negara Indonesia masih jauh lebih kaya dan beragam dibanding dari beberapa negara di Asia Tenggara. Ini tentu membuat saya bangga pada Indonesia.
Kendati, saya sadar bahwa masih banyak yang perlu dibenahi dari negara kita, seperti meningkatkan Sumber Daya Manusia, juga sistem kebijakan pemerintah Indonesia yang harus konsisten pada pembangunan.
Setelah menghabiskan waktu selama seminggu dengan berbagi cerita, kini telah tiba saatnya kami pulang ke negara masing-masing. Tentu pengalaman, ilmu, dan jaringan ke luar negeri sangat bermanfaat bagi saya. Apalagi ilmu yang kudapatkan sangat sesuai dengan Jurusan saya di Teknik Lingkungan. Kini saya kembali ke Indonesia dengan berbagai harapan dan kenyataan bahwa kami adalah alumni terbaik CIMB Young ASEAN Leader 2018. Kami kembali untuk membangun bangsa kami masing-masing. I proud to be Indonesian, and always Indonesian!
Penulis : Sutami Suparmin
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Unhas
Angkatan 2015