Pandemi covid-19 memaksa kampus mengubah sistem Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan pengabdian masyarakat kini dilakukan dalam jaringan (daring).
Barisan mahasiswa memadati Gedung Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN) setiap pertengahan dan akhir tahun. Melangkah dari fakultasnya masing-masing, mereka datang membawa berkas untuk mengurus KKN. Ada yang memilih lokasi KKN di Makassar, di daerah Sulawesi Selatan, di luar pulau Sulawesi bahkan sampai di negara lain. Rutinitas ini terjadi setiap tahun di Unhas.
Sayangnya, sistem yang terbangun selama bertahun-tahun harus berubah. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia membangun sebuah adaptasi kebiasaan baru. Segala kegiatan kampus dilakukan secara daring. Begitupun dengan KKN, mulai dari pendaftaran hingga pelaksanaannya.
Pada KKN gelombang 104 yang berlangsung di bulan Juli-Agustus mendatang, mahasiswa diharuskan mengabdi di tempat domisilinya masing-masing. Selama sebulan pelaksanaannya, program KKN berfokus pada bagaimana pencegahan serta penaganan wabah Covid-19 di lingkungan sekitar.
Kepala P2KKN Muhammad Kurnia MSc PhD mengatakan ada empat program kerja yang dapat dipilih oleh peserta KKN. Pertama, kegiatan promotif yang berfokus pada edukasi masyarakat tentang Covid-19. Lalu, kegiatan preventif untuk pencegahan penularan Covid-19. Kegiatan kuratif yang bertujuan untuk penanganan serta pemetaan penularan Covid. Ada juga kegiatan rehabilitatif yang berfokus pada edukasi tindakan pasca darurat Covid-19. Namun, untuk kegiatan kuratif dan rehabilitatif hanya boleh dilakukan oleh mahasiswa KKN yang belajar ilmu kesehatan selama di kampus.
Perubahan sistem KKN di tahun ini membuat banyak mahasiswa menunda pelaksanaan KKNnya. Menurut data dari P2KKN, ada 700 mahasiswa yang tidak mendaftar ulang.
“Dari 3900 mahasiswa yang mendaftar hanya 3200 melakukan pendaftaran ulang. Hal ini sangat wajar terjadi karena pendaftaran secara daring berlangsung saat April-Mei dan semua orang dalam kondisi tertekan karena Covid-19. Banyak orang tua mahasiswa tidak mengizinkan anaknya mengikuti KKN,” jelas Kurni, sapaan akrabnya.
Berkurangnya minat mahasiswa untuk mengambil program KKN saat pandemi memunculkan beragam pendapat. Salah satunya dari Ahmad Syarif. Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2016 ini tidak jadi ikut KKN saat tau pelaksanaannya secara daring.
“Saya ingin KKN di daerah-daerah pelosok seperti senior-senior terdahulu. Momen KKN hanya berlangsung sekali selama kuliah. Saya mau ini berkesan, tidak hanya melalui daring,” ujarnya.
Sejalan dengan Ahmad, mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Shandra Dewi pun memilih mengundurkan diri sebagai peserta KKN saat tau kegiatannya dilakukan secara daring. Mahasiswa angkatan 2017 ini melihat esensi dari KKN daring tidak tersampaikan. Di sekitar tempat tinggalnya, Polewali Sulawesi Barat, Oca sapaan akrabnya melihat mahasiswa sekedar membagikan masker dan hand sanitizer sebagai program kerja KKN tanpa memberi edukasi lebih lanjut kepada masyarakat.
“Ada penjual yang cerita ke saya dia diberikan masker oleh mahasiswa KKN, tapi dia sebenarnya tidak percaya dengan virus covid-19. Jadi dia tidak pakai maskernya. Dari situ, saya merasa pas untuk mengundurkan diri sebagai peserta KKN. Pengabdian masyarakat yang menjadi tujuan KKN tidak tersampaikan jika dilakukan melalui jaringan,” jelasnya.
Pandangan lain datang dari mahasiswa Jurusan Sastra Jepang angkatan 2017. Besse Mutmainnah Deru menceritakan awalnya ia ragu untuk mendaftarkan diri mengikuti KKN secara daring. Namun, setelah diberi motivasi oleh dosennya ia akhirnya berubah pikiran.
“Dosen saya Meta Sensei, bilang kejadian pandemi adalah peristiwa besar yang akan tercatat dalam sejarah. Saat kamu mengambil bagian dalam penanganan pandemi artinya menjadi bagian dalam sejarah itu. Jadi saya merasa beruntung bisa ikut KKN saat ini,” katanya bangga.
Hal serupa dirasakan oleh Febrika Rahmania Nurul. Mahasiswa angkatan 2017 ini mengungkapkan setuju dengan pelaksanaan KKN secara daring.
“Keputusan mengubah sistem KKN menjadi daring sudah tepat. Hal ini dapat meminimalisir resiko penyebaran Covid-19. Jika KKN tetap dilakukan dengan secara normal seperti sebelumnya, tidak bisa dipastikan apakah tidak ada penyebaran virus di sana,” ucapnya.
Di balik segala lika-liku yang menghiasi pelaksanaan KKN daring gelombang 104, Kurni berharap program pengabdian yang dilakukan mahasiswa ini tidak hanya menjadi pengugur kewajiban saja.
“Lewat KKN daring, mahasiswa diharapkan menjadi corong edukasi kepada masyarakat di masa pandemi Covid 19 di lingkungan sekitarnya dan penyebar pengetahuan baik melalui media sosial,” tutupnya saat diwawancara.
Rsm/ Ask