Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak kembali mewabah di Indonesia. Penyakit ini telah menyerang ribuan ternak di sejumlah provinsi.
Wabah PMK bukanlah hal yang baru, Indonesia pernah mengalami wabah PMK pada 1887 dan 1986. Kemudian Indonesia berhasil bebas dari penyakit ini dan diakui oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) pada 1990.
Saat ini penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak terus meluas dan membuat masyarakat kawatir. Telah ada ribuan hewan ternak yang terpapar PMK, dan 1,1 persen diantaranya mati. Terlebih lagi beredar rumor bahwa penyakit ini juga bisa tertular pada manusia.
Lantas bagaimana mengenali ciri-cirinya? serta langkah seperti apa yang sebaiknya diambil masyarakat khususnya para peternak untuk mencegah meluasnya penyakit ini? Berikut wawancara khusus reporter PK identitas Unhas, Yaslinda Utari Kasim dengan Dosen Program Studi Kedokteran Hewan (Praktisi Ternak Besar) Universitas hasanuddin, Dr drh Fika Yuliza Purba Msc, Jumat (20/5).
Mengapa wabah PMK kembali muncul di Indonesia?
Riwayat penyakit ini memang sudah pernah ada di Indonesia pada 1887 dan pertama kali ditemukan di Malang, Jawa Timur. Kemudian meluas hingga ke Provinsi Aceh, Sumatera, Bali hingga Sulawesi. Karena telah penyakit ini mulai merambah ke daerah lain di Indonesia, maka dilakukan vaksinasi massal sehingga Indonesia terbebas dari PMK pada tahun 1986.
Setelah tiga dekade, PMK kembali muncul ke permukaan. Alasannya karena dibeberapa negara khususnya Benua Asia, PMK menjadi endemi. Bahkan sampai sekarang belum ada rilis mengenai asal mula PMK kembali menyerang Indonesia.
Apakah mengimpor hewan ternak menjadi salah satu penyebab munculnya wabah ini?
Sebenarnya sudah ada peraturan yang disepakati secara international dalam mengatur proses ekspor-impor hewan dari negara yang masih mengalami endemi PMK. Negara bebas PMK tidak akan mengimpor hewan atau produk berbahan hewan dari negara yang tidak bebas.
Hewan apa saja yang dapat terjangkit wabah PMK dan bagaimana gejalanya?
Penyakit mulut dan kuku ini dapat menyerang hewan berkuku belah atau dalam taksonomi disebut Artiodactyl. Hewan tersebut berupa sapi, babi, domba, kambing, kerbau dan ruminansia lainnya. Binatang liar seperti rusa dan jerapah bahkan dapat terpapar penyakit PMK. Hal ini karena PMK disebabkan oleh Aphthovirus dari famili Picornaviridae yang terdiri dari 7 tipe (A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3 dan Asia1) yang mengakibatkan endemi diberbagai belahan dunia.
Hewan yang terjangkit PMK akan mengalami luka lepuh kuku, gusi dan moncong yang meyebabkan hewan ternak mengeluarkan air liur berlebih. Akibatnya hewan ternak mengalami penurunan nafsu makan karena kesulitan menelan. Kemudian pada sapi perah akan ada luka di daerah ambing. Tetapi dalam kasus hewan muda, biasanya akan terjadi kematian tiba-tiba.
Bagaimana bentuk penularan penyakit tersebut dan apakah dapat menular ke manusia?
Penyakit mulut dan kuku penularannya dengan inhalasi atau menghirup udara. Hal ini dikarenakan virus dari famili picornaviridae pada PMK berukuran sangat kecil. Ketika hewan menghirup udara yang terkontaminasi, maka semua cairan pada hewan yang terinfeksi mengandung virus penyakit mulut dan kuku yang dapat menyebar.
Virus ini tidak bersifat zoonosis yang artinya, hanya menular ke sesama hewan saja dan tidak menular ke manusia. Namun, virus PMK ini bisa menempel pada pakaian manusia, sehingga apabila manusia tersebut berinteraksi dengan hewan lain, maka hewan itu akan terinfeksi penyakit ini. Sehingga ada potensi manusia ikut menyebarkan virus ini kemana-mana.
Apakah mengonsumsi hewan ternak yang terjagkit penyakit PMK dibolehkan?
Apabila ada virus pada daging hewan terinfeksi, kemudian dikonsumsi oleh manusia maka tidak akan ada efek ke manusianya sehingga dinyatakan aman. Namun, yang dikhawatirkan adalah proses penanganan daging hewan terjangkit ini. Misalnya pada hewan yang terjangkit PMK hendak di sembelih, tidak ada yang bisa menjamin virusnya tidak menyebar dan menular ke hewan lain.
Saat ini sudah ada surat edaran dari kementrian mengenai prosedur pemotongan hewan terjangkit. Syaratnya yaitu sebelum di potong, harus dilakukan observasi terhadap hewan, apabila terjangkit virus PMK, hewan tersebut harus dikarantina selama 12 jam. Kemudian pada setelah ppemotongan bagian jeroan hewan dipisahkan. Daging yang akan dikonsumsi atau disimpan harus direbus selama 30 menit terlebih dahulu agar aman.
Di dunia kasus PMK yang tertular pada manusia pernah terjadi, namun umumnya terjadi di laboratorium oleh peneliti yang bekerja dengan virus dengan jumlah yang tinggi dan durasi yang tidak pendek sehingga terjadi manifestsi klinis. Tetapi dalam keadaan wajar tidak menular pada manusia.
Apakah wabah PMK ini dapat teratasi dan bagaimana upaya penanganannya?
Harusnya bisa lebih cepat karena PMK adalah salah satu penyakit infeksi ternak yang umurnya sudah cukup lama di dunia. Bahkan di Indonesia PMK adalah penyakit ternak tertua. Jika ada langkah-langkah yang strategis dan tepat maka wabah ini akan cepat teratasi. Namun untuk waktu pastinya tidak ada yang bisa menjamin.
Ada dua strategi yang bisa diterapkan, yang pertama adalah biosekuriti. Biosekuriti ini adalah strategi yang paling penting dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Prosenya yaitu ketika sudah ada deklarasi wabah di suatu daerah maka wilayah tersebut harus ditutup. Kemudian dilakukan pembersihan dan disinfeksi seperti penguburan dan pembakaran barang-barang yang kiranya terkontaminasi dari hewan yang terinfeksi. Binatang yang ditemukan terjangkit harus segera diisolasi dengan masa inkubasi 14 hari.
Strategi kedua adalah secara medis melalui pengobatan dan vaksinasi. Namun, pengobatan bukan strategi utama karena hewan yang diobati memerlukan biaya. Hewan yang telah sembuh masih bisa membawa virus yang bisa saja menular ke hewan lain.
Sedangkan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia yaitu dengan menyiapkan program untuk vaksinasi massal. Selain itu, pemerintah mendata dan membuat deklarasi wabah di lokasi terinfeksi, kemudian melakukan penutupan wilayah.
Menurut Anda, apa peran yang bisa diambil mahasiswa untuk membantu menangani wabah ini?
PMK tersebut sudah lama tidak ada, sehingga mahasiswa kurang mengetahui. Maka dari itu, mahasiswa diharapkan bisa memahami proses penularan dan informasi-informasi umum tentang PMK. Sehingga mahasiswa dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat umum. Kemudian apabila ada program Kuliah Kerja Nyata (KKN), bakti sosial dan pengabdian masyarakat, seharusnya mahasiswa bisa menyuarakan edukasi tentang penyakit ini.
Data Diri Narasumber
Nama : Dr drh Fika Yuliza Purba Msc
Tempat tanggal lahir : Pematang Siantar, 20 Juli 1986
S1 : Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
S2 : Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada