Pandemi Covid-19 membuat ekonomi hampir semua negara terdampak, termasuk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kuartal III-2020 ekonomi Indonesia minus 3,49 persen, melanjutkan laju ekonomi di kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32 persen. Seperti yang diprediksi oleh banyak orang sebelumnya, Indonesia resmi resesi. Banyak negara telah lebih dulu mengalami resesi seperti Singapura, Malaysia, Italia hingga Amerika Serikat. Kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut membuat Indonesia kembali mengalami resesi sejak tahun 1999 silam.
Dilansir dari The Economic Times, resesi adalah perlambatan atau kontraksi besar-besaran dalam kegiatan ekonomi. Dengan adanya resesi, banyak kemungkinan terburuk yang bisa dialami oleh perekonomian sebuah negara sehingga berujung pada krisis. Namun, resesi tidaklah seburuk yang kita bayangkan. Dilansir dari CNBC Indonesia, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, meyakini ekonomi Indonesia sudah menyentuh titik nadir. Kondisi terburuk sudah dilalui, sehingga kedepan adalah saatnya untuk bangkit.
Lalu sebagai masyarakat, apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi situasi seperti ini? Simak wawancara khusus Reporter PKidentitas Unhas, Finsensius T Sesa bersama Pengamat Ekonomi Unhas, Dr Anas Iswanto Anwar SE MA di ruangannya yang bertempat di Gedung Pascasarjana beberapa waktu lalu.
Kapan sebuah negara dikatakan resmi resesi dan apakah Indonesia sudah mengalami resesi?
Dikatakan resesi jika tiga kali terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi. Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini luar biasa akibat adanya pandemi. Sudah dibuktikan, masuk triwulan kedua, ekonomi sudah drop. Walaupun kita resesi namun ketika masuk semester kedua mulai dari bulan juli sampai sekarang, itu sudah mulai kelihatan membaik. Negara tidak bisa memilih antara ekonomi atau kesehatan. Tapi dengan pernyataan bahwa Indonesia resesi sebaiknya kita tidak terlalu panik.
Melihat banyak negara lain yang lebih dulu jatuh kedalam resesi, menurut Anda berapa lama Indonesia akan mengalami resesi?
Resesi ini berhubungan dengan masalah kesehatan sekarang ini yaitu Pandemi Covid-19. Jadi kapan kita bebas dari permasalahan ini? Yaitu ketika ada vaksin. Dengan adanya pandemi ini, ekonomi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jadi selama masih belum ada vaksin untuk menangani ancaman dari sisi kesehatan ini, maka harus ada kebijakan darurat agar ekonomi tetap bisa berjalan.
Sektor apa yang paling merasakan dampak resesi ini?
Sektor yang paling merasakan dampaknya dari resesi ini adalah sektor yang mengandalkan ekspor dan impor. Semua komoditi kita yang di ekspor keluar negeri pasti berkurang karena banyak negara yang melakukan pembatasan wilayah atau lockdown. Pada sektor yang mengandalkan impor, terutama sebagai bahan baku. Yang menjadi permasalahan, kita sangat bergantung pada impor, bahkan kedelai saja kita impor. Jalan keluarnya adalah berupaya meningkatkan ekonomi lokal. Sebenarnya kita bisa bangkit dengan menggunakan kemampuan sendiri, dengan mencintai produk-produk lokal.
Sebagai masyarakat awam, bagaimana menyikapi kondisi sulit ini?
Masyarakat harus mulai sadar bahwa perlu ada dana darurat atau emergency fund yang disiapkan. Apakah itu dana dalam bentuk tabungan atau bahkan dalam bentuk investasi. Kemudian yang kedua, mulai memprioritaskan kebutuhan. Melakukan prioritas kebutuhan adalah cara yang paling tepat bagi kita. Di saat seperti ini, bukan lagi saatnya untuk membeli kebutuhan-kebutuhan sekunder. Buat apa beli baju, mobil dan sebagainya sementara aktivitas kita lebih banyak di rumah. Jadi, pola hidup masyarakat ini harus diubah dengan mengutamakan kebutuhan primer seperti makan, minum, olahraga dan sebagainya.
Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi kondisi saat ini?
Hampir sama dengan masyarakat. Negara harus punya emergeny fund untuk memberikan stimulus kepada masyarakat. Negara yang bisa bangkit dari situasi ini adalah mereka yang punya banyak cadangan uang. Selanjutnya mengurangi ketergantungan kepada negara-negara lain khususnya Tiongkok. Salah satu investor terbesar kita adalah Tiongkok. Pariwisata kita juga sebagian besar pengunjungnya dari Tiongkok. Mereka lockdown, jadi turis manca negara berkurang, pariwisata pun lesuh. Pada sektor ekspor dan impor, Tiongkok masih mendominasi negara kita. Nah, itu yang harus dipikirkan strateginya, bagaimana mengurangi ketergantungan dengan negara lain.
Bagaimana pandangan anda mengenai kondisi politik dunia saat ini. Seperti Amerika yang melaksanakan Election, kemudian perang dagang dan sebagainya. Apakah ini berpengaruh bagi Indonesia?
Pasti, ekonomi itu berbicara tentang kebijakan. Kebijakan itu diberlakukan pemerintah. Kebijakan politik bergantung pada yang berkuasa. Seperti Amerika Serikat, Presiden Donald Trump melakukan proteksi dan akan selalu memihak kepada negaranya. “Ngapain saya kasih sejahtera negara lain, mending negara saya dulu”. Kira-kira begitu anggapan Presiden Trump. Amerika Serikat merupakan negara adidaya, ekonomi mereka kuat. Sama seperti Tiongkok, kita terlalu bergantung kepada Amerika. Apalagi tujuan ekspor kita banyak kesana. Maka dari itu perlu skenario di saat seperti ini. Ekonomi mereka goyang sedikit saja, akan berdampak signifikan bagi negara kita. Seperti yang saya katakan tadi bahwa saat ini yang paling penting adalah bagaimana mengembalikan masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri.
Bagaimana harapan Anda mengenai kondisi ekonomi Indonesia kedepannya?
Menurut saya, harus dilakukan pemuluhan ekonomi secara cepat. Pemerintah saat ini membuat beberapa kebijakan dalam rangkan pemulihan yang disebut Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ada begitu banyak dana yang digelontorkan untuk membantu berbagai sektor agar tetap bertahan di situasi sulit seperti sekarang ini, baik itu sektor usaha, tenaga kerja dan lain-lain. Tapi yang menjadi kekurangannya saat ini adalah kita tidak punya database yang baik. Banyak bantuan atau stimulus yang salah sasaran. Itu kan menunjukkan bahwa belum ada database yang bagus. Pemerintah harus melakukan koordinasi yang baik. Jadi bagaimana masyarakat akan mematuhi kebijakan jika koordinasi pemerintah saja tidak bagus. Saya berharap semua berpartisipasi, kita harus sadar bahwa persoalan ini adalah persoalan bersama. Hanya bisa selesai jika kita cepat tanggap. Bukan hanya pemerintah, kita sebagai masyarakat harus mendukungnya.
Data Diri:
Nama : Dr. Anas Iswanto Anwar, SE., MA.
Tempat/tgl lahir : Makassar, 16 Mei 1963
Pekerjaan : Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Jabatan : Ketua Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi (S3) FEB-Unhas
Riwayat Pendidikan:
S1 Ekonomi FE-Unhas 1983/1988
S2 Ekonomi Politik Internasional Griffith University, Queensland, Australia 1998/1999
S3 Ekonomi Universitas Hasanuddin 2010/2016