Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Webinar Nasional bertema “Laicite, Multikulturalisme dan Islam di Perancis” dan berlangsung via Zoom Meeting, Sabtu (28/11).
Kegiatan ini menghadirkan Staf Pengajar Departemen Sastra Prancis Unhas, Wahyuddin S S M HUM dan Master Science Du Langage Universite De Bordeaux, Ahmad Fadhil S S DEA sebagai narasumber.
Dalam kesempatannya, Wahyuddin membahas terkait sejarah awal mula Prancis menganut sekularisme, konsep yang memisahkan antara urusan agama dan negara. “Jadi, sekularisme tidak tiba-tiba langsung ada, tetapi terjadi secara gradual dan melalui sejarah yang panjang,” jelas Wahyuddin.
Kemudian, Menurut Fadhil, isu cara pandang dalam menyikapi perbedaan (multikulturalisme) di Prancis sudah ada sejak lama, namun kembali terangkat akibat peran media sosial. “Multikulturalisme adalah cerita lama yang diangkat kembali, di’goreng’ kembali melalui kejadian-kejadian yang dialami Prancis,” kata Fadhil.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Masyarakat dan imigran Prancis memiliki pola pandang yang berbeda dalam hal toleransi.
“Ini hipotesa saya, mungkin dalam pandangan Warga Prancis, para imigran yang harus toleran terhadap aturan negara. Sedangkan dalam pandangan para warga imigran, Warga Prancis yang harus toleran karena mereka adalah masyarakat yang beragama, ada aturan agama yang juga harus mereka ikuti. Dua hal inilah yang sulit untuk disinkronkan dalam masyarakat Prancis. ” ucap Fadhil.
M103