Dikurung 12 tahun dalam penjara karena melawan pemerintah.
Potret kekelaman rezim diktator Uruguay tahun 1973 tergambar nyata dalam film ini.
A Twelve Year Night mengisahkan perjuangan kelompok gerilyawan Tupamaro yang disandera karena dianggap melawan pemerintah.
Bertahun-tahun silam, negara yang menggunakan Bahasa Spanyol ini menganut sistem demokrasi. Sayangnya, bak kejatuhan meteor tiba-tiba sistem pemerintahan digulingkan oleh kediktatoran yang dipimpin oleh Presiden Juan Maria Bordaberry.
Saat itu, segalanya berubah. Kelompok yang dianggap membahayakan pemerintah ditangkap untuk mematikan gerakannya. Termasuk Jose Mujica, Mauricio Rosencof dan Eleuterio Nato Fernandez yang tergabung dalam Tupamaro.
Film yang diangkat dari kisah nyata ini membagikan bagaimana kehidupan ketiga tokoh selama 12 tahun di penjara. Sejak awal dimasukkan dalam sel, kepala mereka ditutupi oleh kain yang basah oleh bensin. Tanpa melihat, mereka tidak tahu mau dibawa kemana.
Perlakuan dalam penjara sangat tidak manusiawi. Mereka dimasukkan di sel yang terpisah dan hanya seorang diri. Kadang harus merintih agar diberi makan. Untuk buang air sangat sulit.
Penggalan kisah yang sama hadir jika kita merefleksikan apa yang terjadi di Indonesia saat Orde Baru (Orba) berkuasa. Selama 32 tahun, kelompok yang pro demokrasi diculik, diungsikan juga dibunuh.
Mereka disiksa dalam tahanan tanpa kontak dengan dunia luar. Hingga para keluarga bingung harus mencari di mana kerabatnya berada. Hidup dalam pengungsian menuntun pada dua pilihan, tetap hidup atau mati.
Beruntungnya dalam film yang diambil dari buku Prison Memoirs (Memorias del Calabozo, 1987) ini, para tokoh masih diperbolehkan ketemu dengan keluarga. Tekad untuk bertahan hidup yang besar datang saat Pepe melihat neneknya. “Hanya orang yang sudah kalah yang berhenti melawan,” pesan sang nenek mencambuk semangat Pepe untuk terus berjuang melawan halusinasi yang menghantui pikirannya.
Bukan pejuang namanya jika ketiga tokoh langsung menyerah. Dalam keterbatasan, Rosencof menemukan cara berkomunikasi dengan Nato melalui ketukan tembok. Aturannya, setiap bunyi ketukan sama dengan huruf pada alfabet.
Setali tiga uang dengan Orba yang berhasil lengser di Indonesia dan membawa pulang beberapa orang yang ditahan, seperti Nezar Patria yang menjadi jurnalis, Desmond J Mahesa juga Pius Lustrilanang jadi politisi. Film ini pun diakhiri dengan runtuhnya kediktatoran dan kembali berganti dengan demokrasi tahun 1985.
Kabar baik datang untuk tiga sekawan. Suasana haru hadir saat mereka menghirup udara bebas dan berjumpa dengan keluarga. Adegan manis menjadi akhir dari film yang tayang tahun 2018.
Setelah itu, Pepe Mujica menjadi presiden Uruguay termiskin tahun 2010, Rosencof menjadi penulis terkenal juga Direktur Kebudayaan Kota Montevideo dan Nato menjadi politikus serta menteri pertahanan Uruguay.
Saat menonton film berdurasi 122 menit ini penonton perlu fokus menyaksikan pergantian adegan. Penyajian cerita yang menggunakan alur maju mundur sesuai dengan latar sejarah, akan membingungkan saat fokus teralihkan.
Di luar semua itu, film yang menanyangkan secara lengkap cuplikan rezim diktator Uruguay ini sangat bagus untuk ditonton. Álvaro Brechner sang sutradara kembali menyadarkan kita bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia, apalagi untuk bangsa. Suara rakyat bisa jadi dibungkam oleh kuasa pemimpin negara. Namun, jika rakyat bersatu siapa yang bisa mengalahkan?
Fransiska Sabu Wolor
Data Film
Judul : A Twelve Year Night
Genre : Sejarah, Drama Politik dan Militer
Sutradara : Álvaro Brechner
Durasi : 122 menit