Sekitar dua bulan lalu, Kota Palu dilanda tsunami dan gempa bumi. Seminggu setelah bencana terjadi, Universitas Hasanuddin (Unhas) menggagas sebuah lembaga Pusat Studi Kebencanaan. Dengan alasan melihat Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan berpotensi menjadi wilayah bencana alam, maka Unhas membentuk lembaga ini.
Tak hanya Unhas, beberapa perguruan tinggi ternyata telah membentuk lembaga serupa, misalnya Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM). Lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan ini memiliki enam klaster. Keenam klaster tersebut adalah mitigasi dan infrastruktur, georiset dan database, kesehatan dan pemulihan bencana, sosial dan ekonomi pasca bencana, legal dan kebijakan, serta training, sosialisasi dan publikasi.
Lembaga yang dipimpin Dosen Teknik Geologi Unhas, Dr Eng Adi Maulana MPhil tersebut memiliki sepuluh pengurus. Menurutnya, lembaga ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana. Apalagi Makassar yang sangat berpotensi terkena banjir.
“Pusat Studi Kebencanaan ini memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana,” katanya, Kamis (29/11).
Lebih lanjut, Adi menjelaskan bahwa pihak Unhas telah bekerjasama dengan beberapa negara terkait lembaga ini, seperti Jepang dan Taiwan. Tak hanya itu, lembaga nasional seperti Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN), Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan juga turut menjadi patner.
Kemudian, Adi menuturkan harapannya kedepan terkait lembaga yang dipimpinnya. Ia sangat berharap bahwa lembaga ini bisa membantu dan berkontribusi dalam meminimalisir dampak bencana yang akan timbul nantinya.
“Semoga lembaga ini bisa membantu meminimalisir dampak yang akan timbul dari suatu bencana, misalnya saja di daerah pegunungan yang rawan terkena longsor,” harapnya.
Wandi Janwar