Ingin mendaftar di perguruan tinggi? Atau sedang mencari pekerjaan? Pasti sering mendengar saran “pilihlah sesuai dengan passion.” Katanya jika sesuai dengan passion perkuliahan atau pekerjaan akan terasa menyenangkan dan santai. Passion atau renjana dalam Bahasa Indonesia ialah keinginan besar untuk mengerjakan sesuatu yang disukai dan dianggap penting. Begitu pula penelitian yang dilakukan Alvin Livano dan Christian Herdinata, menyatakan bahwa karakter passion membuat individu menyenangi dan tidak merasa berat dalam melakukan pekerjaannya.
Namun kenyataanya, masih banyak orang yang bingung, bagaimana menemukan passion dalam pekerjaan? Menjawab hal tersebut simak wawancara khusus Reporter identitas, Santi Kartini bersama CEO Bedabaik, Muh Rijal Djamal saat menjadi narasumber pelatihan karier di Aula Prof Mattulada, Fakultas Ilmu Budaya Unhas. Selain aktif mengurus komunitas pengembangan keterampilan itu, Rijal juga terkenal sebagai Content Creator. Berikut interviu bersama alumnus FIB Unhas tersebut:
Seberapa penting seseorang mengenal passion dalam berkarir?
Sangat penting. Pada umumnya, orang-orang mengenal passion itu dari jurusanya. Padahal passion lebih dari itu, dia bersifat dinamis. Renjanaberhubungan dengan kesuksesan dan pola pikir adaptif atau pikiran yang bisa menyesuaikan dengan keadaan. Kalau seseorang adaptif pasti tidak akan ketinggalan. Sebaliknya, ketika milenial tidak adaptif maka tidak akan berkembang dan bisa ketinggalan zaman. Dalam dunia kerja juga bisa membantu dan membuat seseorang mencintai pekerjaan yang dilakukan.
Bagaimana awalnya Anda menemukan minat di bidang tertentu?
Dulu, saya berasal dari keluarga broken home dansering iri serta curiga kepada orang-orang di sekitar. Namun dari keadaan itu, saya mengenal diri sendiri. Saya ingin berubah dan tidak ingin berlarut-larut dalam masalah, dengan membandingkan diri dan mencari tahu bagaimana seseorang memperoleh kesuksesannya.
Dari keadaan tersebut, apa minat Anda?
Sejak SMA saya menyukai seni sastra, terutama puisi, sehingga saya mendaftar di Fakultas Sastra (sekarang bernama Fakultas Ilmu Budaya) Unhas. Saya juga ingin mengajar, berbagi ilmu. Di tahun 2010, mulai tertarik dengan dunia content creator. Walaupun tidak menyelesaikan pendidikan magister dan tidak menjadi dosen, saya masih tetap mengajar melalui komunitas di Bedabaik. Nah di sinilah passion berperan, walaupun tidak sesuai dengan rencana awal namun selalu ada jalan lain untuk mencapai itu.
Jadi, apakah passion itu dimulai dari diri sendiri dan bisa berkembang?
Ya, Passion membuat seseorang bertahan dalam impiannya. Sehingga hal paling mendasar mencari passion dimulai dengan apa yang disukai, kemudian mengenali kelebihan dan kekurangan, berani menghadapi kegagalan, mencoba hal-hal baru, hingga memotivasi diri untuk mengembangkannya. Selain itu juga dapat diperoleh dari kegiatan berorganisasi atau mengikuti lomba-lomba. Kemudian passion itu berlanjut, misalnya saya suka pantun tetapi juga sebagai content creator dan pembicara, serta tidak ada batas usia untuk mencari dan memperolehnya.
Apakah lingkungan dapat memengaruhi passion?
Iya, lingkungan sangat berpengaruh. Saya sempat mengikuti pola pertemanan kurang baik, seperti sering keluar berfoya-foya di saat istirahat atau pulang kuliah. Hal itulah yang membuat saya terlambat menyelesaikan pendidikan dan kurang memperhatikan minat. Itu menjadi pelajaran, dan kembali mengenal diri saya bahwa itu bukan hal baik.
Oleh karena itu, saya mencoba membuat lingkungan baru dengan mendirikan sebuah komunitas untuk mengajak pemuda memanfaatkan waktu luangnya dengan hal berguna sesuai apa yang mereka minati. Komunitas itu saya beri nama Bedabaik.
Dari komunitas Bedabaik yang notabene kerap memotivasi anak muda, apa pesan yang sering Anda sampaikan ke mereka?
Sebagai pemuda, hal terpenting ialah harus berani. Berani mencoba dan mengambil risiko. Sekarang ini, tantangan milenial itu banyak ketakutan. Padahal, sesuatu akan diketahui kalau dicoba dulu. Ketika berpedoman terhadap ketakutan maka seseorang tidak akan tahu mengenai apapun dan tidak berkembang.
Apa yang memengaruhi anak muda tidak berani mengambil risiko?
Sisi negatif dari era digital bisa memanjakan seseorang. Orang yang dikatakan eksis kalau bagus story-nya atau update di sosial media, hati-hati itu jebakan. Beda konteksnya kalau media sosial digunakan untuk penghasilan, sebagai palform passion-nya bukan sekadar eksis.
Lantas, bagaimana anak muda menyesuikan diri dengan perkembangan teknologi?
Menurut saya, lebih baik fokus pada perkembangan dan mengasah keterampilan. Walaupun digital berkembang kalau tidak ada keterampilan maka tidak akan bisa menyesuaikan diri. Ijazah penting, tapi sebagai syarat lulus berkas melamar pekerjaan. Namun untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman membutuhkan minat keterampilantertentu.
Data Diri:
Nama : Muh Rijal Djamal S S M Si CPT
Tempat Tanggal Lahir : Kolaka 17 Agustus 1990
Pendidikan: Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Unhas, PPW-Manajemen Kepemimpinan Pemuda
Pengalaman Organisasi : Pengurus Himpunan Mahasiswa Satra Inggris, Pengurus UMK LDK AL-Adab FIB-UH, Anggota Teater Kampus Unhas, Ketua Komunitas Pantun Unhas, Anggota Purna Prakarya Muda Indonesia, Anggota Forum Kreativitas Pemuda Sulawesi Selatan, Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia.
Pekerjaan : wirausaha, Inspirasi Speaker, Content Creator