Tanoto Scholars Association Universitas Hasanuddin (TSA Unhas) mengadakan Webinar dengan tema, “Digitalisasi Pendidikan dalam Pencapaian SDGs 2030”. Kegiatan ini berlangsung secara virtual melalui aplikasi Zoom dan ditayangkan langsung di akun youtube TSA Unhas Makassar, Minggu (11/10).
Penyelenggara Webinar ini menghadirkan Risa Santoso BA Med selaku Rektor Institut Asia Malang sekaligus Rektor termuda di Indonesia, dan Biondi Sanda Sima, SIp MSc LLM, Head Of Implementation at Jabar Digital Service, serta Muhammad Gibran, News Anchor CNBC Indonesia sebagai moderator.
Ketua TSA Unhas 2020, Nur Efendi Darming dalam sambutannya berharap jika kegiatan ini bisa memberikan pemahaman tentang pendidikan dan ilmu yang ada di Indonesia. “Bukan hanya soal ilmu, tetapi bagaimana cara kita bisa mengimplementasikannya dan membuat sinergi dengan masyarakat,” ujarnya.
Pada kesempatannya, Risa Santoso selaku narasumber pertama memulai dengan menjelaskan bagaimana digitalisasi pendidikan di tahun ini. Disampaikan jika ada tujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 dan salah satunya adalah pendidikan.
“Yang saya suka dari SDG itu adalah leave no one behind. Seperti misalnya sekarang sudah ada mobil tanpa pengemudi di negara maju, tetapi aksesnya belum terjangkau ke tempat-tempat yang lain,” jelasnya.
Narasumber yang juga merupakan tenaga ahli muda kantor staf kepresidenan tersebut mengatakan, jika sekarang ada tiga masalah dari sistem pendidikan yang terjadi di Indonesia. Di antaranya pendidikan yang didapatkan tidak relevan dengan dunia kerja, pendidikan yang diberikan sama untuk semua orang meski kenyataannya setiap manusia punya talenta yang berbeda, dan perkembangan teknologi di daerah Indonesia yang tidak merata karena kondisi geografisnya yang berpulau-pulau.
Menurutnya, kebijakan kampus merdeka menjadi salah satu hal yang bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Dipaparkan beberapa pokok-pokok kebijakan dari merdeka belajar, seperti hak belajar ilmu baru selama tiga semester di luar program studi.
“Kampus merdeka memberikan ruang untuk pengalaman belajar yang lebih relevan dan cocok bagi tiap-tiap daerahnya,” lanjut Risa.
Lebih lanjut, dijelaskan bagaimana pandemi memberikan dampak yang cukup besar terutama di bidang pendidikan. Diantaranya lebih banyak gangguan akses, waktu, penggunaan media sosial jadi meningkat, harus beradaptasi dengan sistem baru, dan semua dilakukan secara daring.
Selain dari dampak negatif, Risa juga menyampaikan jika ada dampak positif dari kondisi ini. Misalnya saja akselerasi dalam sistem pendidikan yang baru. Dikatakan jika percepatan teknologi dan pendidikan Indonesia sudah lebih cepat empat tahun.
“Dalam transformasi pendidikan, perlu adanya cara baru yang fokus terhadap kemandirian, di mana kita jadi mau untuk melakukan sesuatu,” paparnya.
Pemateri kedua, Biondi memaparkan bagaimana program Desa Digital sebagai investasi pada koneksitivitas untuk pembangunan manusia. Dijelaskan jika masih banyak daerah di Indonesia yang belum mendapatkan akses teknologi seperti internet sebagai bagian dari komunikasi di masa sekarang.
Lulusan Ilmu Komunikasi Unhas tersebut menjelaskan ada beberapa program investasi pendidikan yang sudah dilakukan. Seperti pembuatan Smart Router dan Literacy Corner di desa-desa, Landing Page Wifi gratis, dan pembuatan aplikasi manajemen pandemi yang dibuat untuk para tokoh penting di desa.
“Program Desa Digital untuk tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan sendiri adalah penguatan koneksitivitas di desa, dan membuka kesempatan untuk warga mengakses konten pendidikan berkualitas,” jelas Biondi.
M113