Unit Kegiatan Mahasiswa Debat Bahasa Indonesia (UKM Basis) Fisip Unhas menggelar webinar series perdana bertajuk “ Time Lapse: Now and Then Film Indonesia”. Kegiatan yang dipandu oleh salah satu anggota divisi Riset dan Advokasi UKM Basis, Alfreda Surya Aidinina ini digelar, Minggu (28/3) melalui Google Meet.
Webinar yang berlangsung pukul 14.00- 15.30 Wita ini menghadirkan pemateri dari salah satu anggota Divisi Kritik dan Apresiasi UKM Liga Film Unhas, Timothy Febrian. Mengawali pembicaraan, Timothy menjelaskan bagaimana sejarah perfileman Indonesia.
Sejarah Perfileman Indonesia dimulai pada era penjajahan, rentang waktu 1900-1940. Tahun 1950an, perfileman Indonesia mulai menempati posisi sebagai seni dan hiburan. Beberapa tahun kemudian, perfileman berada di fase mati suri dan mulai bangkit kembali tahun 1998.
“1900- 1940an, perfileman Indonesia masih hitam putih dan dikuasai Belanda dan Jepang sebagai alat propaganda. Tahun 1950, kejayaan dan identitas perfileman mulai meningkat. Namun pada tahun 1960- 1980 mengalami pergolakan politik, terjadi kebijakan sensor, propaganda orde baru dan monopoli film Holywood” papar Timothy.
Hal tersebut semakin diperparah dengan rendahnya perlindungan pemerintah pada industri perfileman, film bajakan sangat mudah diakses. Namun, abad 21, perfileman mulai bangkit kembali. Hal tersbut ditandai produksi film yang beragam dan anti mainstream serta adanya persaingan antar platform streaming.
“ Produksi film abad 21 terdiri atas berbagai film bergenre fenomena, realitas, adaptasi, remake, otobiografi dan pure action yang anti mainstrim. Selain itu, terjadi juga persaingan antara platform streaming seperti viu, Netflix dan bioskop,” tutur Timothy.
M211