Beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Federasi Mahasiswa Unhas kembali mencanangkan gerakan mogok bayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk semester genap tahun ajaran (T.A) 2020/2021. Gerakan tersebut ditegaskan dalam postingan Instagram @federasimahasiswa_unhas, Jumat (22/1).
Hal tersebut dikonfirmasi oleh anggota federasi mahasiswa Unhas, Reymond Redington, gerakan mogok bayar UKT ini adalah sebuah langkah politik mencapai “Pendidikan Tinggi Gratis”. “Gerakan ini dilakukan karena terbatasnya aksi progresif akibat pandemi yang memaksa kita mematuhi protokol kesehatan,” pungkasnya.
Ia menambahkan, gerakan mogok pembayaran ini dapat menjadi bentuk solidaritas. “Hal ini mengingat beberapa mahasiswa kesulitan untuk membayar uang kuliah tiap semester,” tutur Reymond.
Namun, Reymond menyayangkan sikap mahasiswa. Saat ini, dukungan tidak sekuat ketika gerakan ini pertama kali dicanangkan pada awal semester ganjil T.A 2020/2021 dengan pertimbangan serupa.
Bertentangan dengan hal tersebut, mahasiswi Ilmu Fakultas Perikanan dan Kelautan angkatan 2018 yang tidak ingin disebutkan namanya menganggap, gerakan ini hanya merugikan mahasiswa itu sendiri. “Pihak universitas sudah mengeluarkan kebijakan pengurangan UKT bersyarat untuk mahasiswa. Menurut saya, itu adalah jalan terbaik yang dapat ditempuh universitas di masa pandemi,” jelasnya.
Selain itu, Wakil Ketua Umum BEM-UH periode 2019/2020, Muhammad Zuhud Al Khaer menambahkan, gerakan mogok UKT merupakan imbas dari tuntutan mahasiswa yang tidak didengarkan. Namun, ia menegaskan, seharusnya pola tuntutan semester lalu menjadi pelajaran dan bahan evaluasi kedepan.
“Gerakan ini menjadi momok besar pihak rektorat, namun jika tak ada dialog dan gerakan yang lebih progresif mungkin saja hasilnya masih sama. Dalam hal ini, gerakan skala universitas harus lebih berani dalam mengambil keputusan yang lebih berefek,” imbuhnya.
M118
BACA JUGA: Dinilai Cacat, Federasi Mahasiswa Unhas Minta SK Rektor Direvisi Hingga Gratiskan UKT