“Bantulah orang lain, mudahkan urusannya dan doakan mereka, maka Allah Swt akan memudahkan urusanmu”
Suatu prinsip yang dipegang teguh Prof Dr H Muhammad Asdar SE MSi, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas. Ibarat petarung yang tidak takut menghadapi siapapun musuh-musuhnya.
Tidaklah mengherankan jika Prof Asdar, begitu sering dipanggil, kini dianggap sebagai orang yang paling sukses menjadikan Universitas Cokroaminoto Makassar (UCM) sejajar dengan universitas swasta lainnya di Makassar.
Asdar memang dipercaya menjadi orang nomor satu di UCM periode 2017-2021. “Menjadi seorang rektor, suatu tanggung jawab yang besar dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Posisi saya sekarang ini, merupakan amanah yang diberikan Rektor Unhas. Saya diutus untuk memperbaiki kampus ini,” ungkapnya kepada identitas Unhas, baru-baru ini.
Mencapai tujuan tersebut, Asdar menerapkan strategi yang ia sebut “panca darma”, yaitu: memperbaiki akreditasi kampus, menambah prodi baru, menambah mahasiswa baru, meningkatkan kerjasama dan penelitian, serta meningkatkan kesejahteraan pegawai maupun dosen.
Dia pun mengakui UCM yang telah berusia 50 tahun itu, yang dulunya tidak direken, kini mulai meraih peningkatan rangking. Setahun UCM di bawah kepemimpinannya, berada pada urutan ke-3.200, kini rangking UCM menduduki urutan 947 dari 4.700 Perguruan Tinggi se-Indonesia. “Target saya, tahun depan bisa menempati urutan 500-an dan pada saat tugasnya saya berakhir nanti, UCM bisa menempati urutan 100 besar,” katanya optimis.
Pencapaian tersebut bukan hal yang mudah. Selama menduduki kursi Rektor UCM, Asdar menghadapi berbagai hambatan. Utamanya kampus itu terancam likuiditas, memperbaiki mental, serta transparansi anggaran. “Laporan keuangan harus transparan dan setiap orang bisa tahu,” ujarnya.
Bagi Asdar, hambatan-hambatan harus dijadikan tantangan untuk terus memperbaiki diri agar ke depannya bisa semakin maju. “Jaga hubungan dengan orang lain, belajar untuk menghargai, dan terus berbuat baik agar kita senantiasa berada dalam lingkaran kebajikan,” pesannya penuh inspiratif.
Asdar membeberkan perjalanan hidupnya di lingkup kampus hingga kini menjabat Rektor UCM. Selepas menyelesaikan program studi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unhas, lelaki kelahiran 31 Oktober 1961 melamar kerja di Unhas dan dinyatakan lulus. Menariknya, saat itu bersamaan juga ia diterima di Bank Indonesia. Maklum, di awal tahun 1980-an hingga pertengahan tahun 80-an, menjadi seorang dosen ataupun bankir merupakan prestise bagi keluarga di mata masyarakat.
Menjadi dosen atau bankir, Asdar menerima yang pertama: DOSEN. Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Dosen di Unhas lebih dulu diterimanya. Dan sikapnya itu ternyata tepat. Kini dia menikmati hasil dari sikapnya itu. Selain menjadi predikat orang terpelajar, juga menempati posisi puncak di lingkungan orang-orang terpelajar.
Diakui dirinya dari kalangan keluarga kurang mampu, namun dia mampu menyelesaikan studi Magister Ekonomi Koperasi di Universitas Padjajaran pada tahun 1996 atau sembilan tahun setelah mendapatkan SK sebagai akademisi di Unhas. Kepribadian yang dimiliki, tekun dan pantang menyerah, gelar Doktor Ekonomi pun diraihnya. Malahan hanya enam bulan setelah meraih Doktoralnya, dia pun dinobatkan sebagai yang terpelajar atau Guru Besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas. Dan tambahan gelar Profesor atau Prof di depan namanya mulai terpampang.
Merupakan salah seorang pemrakarsa Ikatan Mahasiswa Manajemen (IMMAJ) FEB Unhas, dia memiliki pengaruh baik di Unhas maupun tingkat provinsi. Tercatat, ada lebih dari sepuluh jabatan yang diembannya. Di antaranya; Ketua Senat Fakultas Ekonomi Unhas, Ketua Majelis Profesor FEB Unhas, Ketua Presidium Nasional Ikatan Cendekiawan Kraton Nusantara (ICKN), Ketua Dewan Pakar Forum Bela Negara Sulawesi Selatan, Wakil Ketua Syarikat Islam Provinsi Sulawesi Selatan, serta sejumlah jabatan yang tertulis dalam daftar riwayat hidupnya.
Kendati aktif berkegiatan di luar, Tenaga Ahli Gubernur Bidang Ekonomi yang baru saja dilantik, September 2018 lalu, tetap mampu membagi waktu dengan baik. “Kesibukan itu harus diatur dengan baik, disiplin dan tepat waktu itulah yang penting. Saya itu paling tidak suka ditunggu dan menunggu,” terangnya.
Dalam lingkup keluarga pun ia tidak abaikan. Saat berada di rumah, ayah lima orang anak ini tak pernah melewatkan quality time bersama keluarga. “Kalau sudah sampai di rumah itu, ponsel genggam ditutup supaya tenang, karena di rumah itu waktu untuk keluarga,” ujarnya.
Urwatul Wutsqaa