Saat bunga mulai bermekaran.
Daun-daun tak lagi jatuh berguguran.
Dingin pembeku telah terganti oleh sang panas penghangat.
Wajahku diguyur hujan sinar, tak lagi air yang menghanyutkan.
Dimana letak salah ku?
Bibir ku tak henti tersenyum,
Mataku menyipit,
Tapi nyatanya tanganku berdarah
Napas ku terengah.
Apa yang telah terjadi?
Musim-musim silih berganti.
Bumi pun tak ingin berhenti berotasi.
Otakku tak bisa berkompromi.
Terperangkap abadi dalam ilusi.
Saat bunga-bunga mulai jatuh berguguran
Rasanya menakutkan, terikat oleh perasaan.
Bersemi di bawah hati yang gundah.
Ini dari ku, untuk mu “Terima kasih”
Penulis, Corvi D. S
Mahasiswa Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Unhas
Angjatan 2020