Tatkala ia duduk di depan rumah
Rerumputan kian tumbuh
Pagar bambu berjejer bak serdadu
Ia hanya memandang dengan mata sayu
Pakaiannya kian usang
Kursi tak lagi menompang
Kulitnya tak lagi indah
Kini, ia menua
Hujan kala itu tak menyapa
Terikpun tak memberi petanda
Nyanyian angin tak lagi merdu
Kicauan burung juga kian sendu
Ia masih bertahan
Enggan untuk beranjak
Bertahan dalam keyakinan
Rambut putihnya semakin banyak
Ia tahu
Waktu akan membawa jawaban
Ia tahu
Sebab penantiannya akan berakhir penyambutan
Penulis : Ratmanda,
Mahasiswa Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Angkatan 2017