Data Buku :
Judul : What’s So Wrong About Your Self Healing
Penulis : Ardhi Mohamad
Penerbit : Alvi Ardhi Publishing
Tebal : 276 halaman
Tahun Terbit : 2022
“Self Healing is a long journey. The harder it ia, the stronger your heart will be.” – Ardhi Mohamad
Saat kamu membaca tulisan ini, mungkin kamu sedang mencari seluk beluk soal self healing. Bisa jadi karena kamu memang butuh healing atau hanya penasaran soal istilah yang sedang naik daun di kalangan generasi Z. Self healing sering kali dikaitkan dengan mental health atau seseorang yang sedang berada di fase yang tidak sedang baik-baik saja.
Sederhananya, self healing adalah kondisi di mana pikiran merespon tubuh untuk melakukan penyembuhan secara mandiri. Seseorang berhasil melakukan self healing atau tidak bergantung pada bagaimana ia memahami dirinya sendiri dan kemampuannya dalam membentuk pikiran yang positif.
Lalu, bagaimana dengan orang yang masih salah melakukan self healing? Jika kamu salah satunya, maka kamu harus mencoba mencari apa penyebab dari gagalnya usaha kamu untuk self healing. Dalam buku yang berjudul What’s So Wrong About Your Self Healing mengupas soal faktor yang membuat kamu gagal dalam proses penyembuhan. Buku ini akan mengajak kamu untuk mengingat kembali bagaimana kepribadianmu dibentuk sejak kecil oleh lingkungan dan persiapan yang perlu dilakukan untuk melangkah ke fase dewasa.
Keterlibatan orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dirimu menjadi dewasa. Semua orang tua tentu memiliki harapan yang besar pada anaknya, justru ada pula orang tua yang menuntut anaknya untuk menjadi sempurna. Apakah harapan tersebut membebani pikiran kamu? Coba pikirkan kembali.
Saat kamu mulai memikirkannya akankah kamu menyadari bahwa proses untuk menjadi sempurna itu tidak semudah ekspektasimu. Bisa jadi kamu merasa menjadi “produk gagal”, “beban keluarga”, dan berbagai istilah lain yang meragukan dirimu sendiri. Sama halnya yang dikatakan penulis bahwa harapan yang kamu bangun tersebut, justru akan mudah untuk diruntuhkan oleh realita.
Bagi sebagian orang, harapan adalah motivasi dalam menjalani kehidupannya, pada kenyataannya harapan itu berbahaya, seperti “pisau bermata dua”. Kata penulis, di balik harapan besar juga tertanam kemungkinan kekecewaan yang sebanding. Namun, di balik kekecewaan masih ada pilihan, apabila harapan tersebut tidak tercapai, apakah kamu akan kehilangan alasan untuk hidup, atau tetap melanjutkan hidup dengan mencari 1001 harapan lain? Ingat, jangan salah pilih.
Saat kamu menyelami lebih jauh buku tentang self healing ini, maka penulis akan membawa kamu menggali opsi lain saat kamu mengalami fenomena “kekecewaan”. Sifat fitrah manusia adalah bertahan, jika tidak mampu maka kamu akan terseleksi dengan sendirinya. Melalui pilihan itulah yang akan menentukan nasib kamu. Bertahan atau larut dalam kekecewaan dan keputusasaan.
Berbicara soal keputusasaan akan membawa kamu pada kesedihan yang tidak mempunyai buntut. Akibatnya, kamu mulai membenci dirimu sendiri. Akan tetapi, saat berani membuat pilihan, secara otomatis kamu akan mempunyai tujuan. Di penghujung buku, penulis mengajak kamu untuk mencari tujuan yang dapat membuat kamu sanggup menjalani hidup. Pahami tujuan hidupmu agar kamu mampu menemukan alasan terbaik kamu untuk hidup. Jika gagal, bangkit lagi dan maafkan diri sendiri atas kegagalan yang kamu alami.
Mungkin di sela proses mencapai tujuan itu, kamu seringkali dihantam oleh kecemasan. Akan tetapi, dengan membaca buku karya Ardhi Mohamad ini, maka kamu akan mendapat kesempatan mengetahui cara mengatasi kecemasan yang dapat mengubah pola pikir kamu. Hal yang paling ditekankan oleh sarjana psikologi ini yaitu ketika kamu dihantui oleh kecemasan, ingat bahwa kamu masih memiliki pilihan yang bisa saja belum terpikirkan sekarang. Kamu tidak sempurna, jadi jangan menyalahkan dirimu atas kegagalan yang kamu alami. Buat dirimu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain sehingga terbentuk support system yang membantu kamu mengubah pandangan terhadap dirimu sendiri.
“Take a moment, take a breath, think straight, slow down, and start to fight the bad habit of your mind.” Sudah melakukan hal tersebut? Selamat, self healing-mu berhasil dan kini kamu adalah orang yang mempunyai growth mindset : “Aku pasti bisa jadi lebih baik”.
Ivana Febrianty