Tak terhitung telah berapa banyak kata bernada kasar atau bantahan terhadap perintah ibu yang tak sengaja terucap.
Suatu malam, Milo, anak usia sembilan tahun berharap agar dia tidak memiliki ibu. Sebab ia merasa kesal dengan semua peraturan yang diterapkan ibunya di dalam rumah. Mulai dari membuang sampah, makan sayur, hingga tak boleh menonton televisi jika ia tidak makan brokoli.
Di malam itu juga, pengharapannya terkabulkan. Makhluk Mars menculik si ibu dan membawanya ke planet merah untuk merawat anak-anak yang ada di sana.
Bukannya merasa senang, Milo malah bersedih dan menyesali permintaannya itu. Ia kemudian bersusah payah untuk menyusul dan menyelamatkan sang ibu. Beruntung, ia datang tepat waktu dan berhasil membawa pulang ibunya.
Setelah kejadian itu, ia meminta maaf kepada ibunya dan berubah menjadi anak yang penurut. Sekelebat adegan tersebut berasal dari film kartun garapan Walt Disney Company berjudul Mars Need Mom, tahun 2011.
Serupa tapi tak sama, Kevin Mc Callister dalam film Home Alone 2 : Lost in New York juga berharap agar dia tidak memiliki keluarga. Pasalnya, sang ibu, Kate Mc Callister sempat memarahi dan menyuruhnya masuk ke kamar karena bertengkar dengan Buzz, saudara lelaki Kevin.
”Semua orang membenciku, aku berharap tidak punya keluarga,”kata Kevin dalam film yang pertama kali tayang tahun 1992 itu. Mendengar itu, Kate sedih dan berharap Kevin tidak menyesali perkataannya.
Selanjutnya, saat bangun dari tidur, Kevin mendapati seluruh ruangan di dalam rumah itu kosong melompong. Tak satu pun anggota keluarganya berada di sana.
Awalnya, Kevin menikmati kesendiriannya. Akan tetapi, saat malam natal tiba, ia berharap agar keluarganya kembali sehingga mereka bisa merayakan natal bersama. Singkat cerita, Kevin masih diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengan ibu dan keluarga serta meminta maaf kepada Kate atas perkataan yang telah ia lontarkan.
Bercermin dari dua film Hollywood di atas bahwa perasaan marah, tertekan, dan kalut tak jarang membuat kita mengeluarkan sumpah serapah. Lalu, secara tak sadar dengan perkataan kasar itu bisa saja kita menyakiti hati orang yang paling kita sayang, contohnya ibu.
Tak terhitung telah berapa banyak kata bernada kasar atau bantahan terhadap perintah ibu yang tak sengaja terucap. Atau mungkin, sekelebat pikiran maupun permintaan seperti dua tokoh tadi, Milo dan Kevin, tak sengaja mampir di benak ini. Meski begitu, ibu tetap siap memberikan maaf dan kasih tulusnya kepada sang anak.
Selain itu, kedua film tersebut memiliki kesamaan akhir cerita yang bahagia. Milo dapat bertemu ibunya lagi dan memohon maaf, begitu juga Kevin. Melegakan memang, namun tak semua adegan atau cerita di dalam film dapat ditemukan di dunia nyata.
Ketika beralih ke dunia nyata, ada waktu dan kondisi yang tak bisa dikendalikan oleh manusia. Sebab di dunia nyata, semua manusia adalah pemeran dalam pentas kehidupan dan Tuhan bertindak sebagai sutradara. Ia yang menentukan apakah kita akan diberi kesempatan untuk meminta maaf atas perkataan yang telah melukai hati ibu atau tidak sama sekali.
Berhubung tulisan ini ditulis pada momentum bulan ramadhan, maka beruntunglah anak yang masih memiliki kesempatan untuk mengucap maaf kepada ibunya. Bersimpuh dan menangisi segala kesalahan setahun-dua lalu.
Lantas, apa yang dapat dilakukan oleh anak yang tak lagi diberi kesempatan menikmati dan merayakan ramadhan bersama ibu? Maka tinggal doa dan kesungguhan tulus yang dapat dilakukan, bukan?
Untuk itu, selagi Tuhan masih memberi kesempatan untuk tetap bersama ibu, maka perlakukan lah dia semanis dan sebaik mungkin. Sebab bisa saja, Sang Sutradara langsung menghilangkannya dalam pentas kehidupanku, kehidupanmu, kehidupan kita. Karena terkadang sesuatu baru dirasa berharga ketika ia telah tiada. Klise, tapi begitulah adanya.
Penulis : Khintan Amiruddin