Film dokumenter garapan rumah produksi Watchdoc ini sedang banyak dibicarakan sejumlah kalangan di Indonesia. Lembaga mahasiswa maupun komunitas beramai-ramai menyelenggarakan nonton bareng dan diskusi. Film berdurasi 88 menit tersebut menyuguhkan sisi lain dari perusahaan batu bara yang mungkin tidak pernah dilihat oleh kebanyakan orang.
Dua jurnalis videografer, Dandhy Dwi Laksono dan Ucok Suparta, keliling Indonesia pada 2015. Keduanya melakukan perjalanan selama setahun menyusuri Jakarta, Bali, Sumba, Papua, Kalimantan, Sulawesi, lalu kembali ke Jawa. Dari perjalanan itu, mereka melakukan kolaborasi dengan beberapa videografer daerah, sehingga menghasilkan 12 film dokumenter. Sexy Killer merupakan film dokumenter terakhir dari perjalanan Ekspedisi Indonesia Biru yang mereka buat.
Boom!!! Ledakan dari bawah tanah pertambangan menjadi cerita pembuka film dokumenter yang mulai ditayangkan pada Selasa (5/4). Hasil ledakan itu-batu bara-kemudian diangkut oleh sejumlah kendaraan pengeruk dan truk-truk besar yang hilir mudik.
Kemudian, melalui media audio visual tersebut diperlihatkan lahan-lahan pertambangan yang hanya menyisakan sedikit lahan pertanian dan rumah warga di Kalimantan Timur (Kaltim). Sejumlah lahan pertanian dan rumah warga digusur demi menghasilkan pasokan batubara yang banyak. Pasokan batubara yang dikeruk dari tanah Kaltim itu akan didistribusikan ke beberapa daerah di Indonesia. Di antaranya, Pulau Jawa dan Bali. Kedua pulau itu memang menjadi pemasok batubara yang sangat besar. Apalagi batu bara menjadi bahan utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dibangun di daerah tersebut.
Selain memberi dampak buruk kepada warga sekitar berupa lahan yang digerus dan penyakit paru-paru yang biasa diidap masyarakat setempat akibat debu pertambangan tersebut. Penyaluran batubara ke kedua pulau itu tadi yang melewati jalur laut juga membawa dampak buruk bagi ekosistem. Utamanya laut Karimun Jawa, tempat melintasnya kapal tongkang pengangkut batu bara.
Laut yang dulunya indah, asri, dan memiliki terumbu karang cantik nan sehat bagi tempat tinggal sejumlah biota laut, kini mulai rusak. Selain serpihan batu bara yang jatuh ke bawah laut, jangkar-jangkar kapal tongkang yang digunakan juga telah merusak sebagian besar terumbu karang. Oleh sebab itu, pemasukan para nelayan di sekitar pulau tersebut mengalami penurunan karena jumlah ikan yang berhasil ditangkap semakin berkurang.
Tak hanya itu, yang paling menyayat hati ialah sejumlah korban yang terenggut nyawanya oleh lubang-lubang bekas galian batu bara tersebut. Menurut Sexy Killers, pada kurun 2011 – 2018 ada 32 orang mati tenggelam di bekas lubang tambang di Kaltim. Secara nasional pada kurun 2014-2018 terdapat 115 orang mati. Dandhy beserta krunya berhasil merekam beberapa kejadian tersebut.
“Dulu sebelum ada bangunan batubara, sawah tidak rusak. Tidak amburadul. Sekarang sejak ada tambang, rakyat kecil malah sengsara. Yang enak, rakyat yang besar. Ongkang-ongkang kaki terima uang. Kalau kita terima apa? Terima imbasnya…” kata seorang petani yang tak disebut namanya.
Pertambangan batu bara di Kaltim bukan satu-satunya tempat yang menjadi sorotan film ini. Tetapi PLTU di beberapa daerah seperti Palu, Bali, dan Jawa Tengah tak luput dari mata kamera mereka. Melalui mata lensanya, Dandhy beserta kawan-kawannya menyajikan kehidupan masyarakat di sekitar PLTU. Semisal asap PLTU batu bara yang mampu merenggut nyawa warga sekitar, seperti di Palu, Sulawesi Tengah.
Sedangkan di tempat berbeda, salah seorang warga khawatir soal nasib anaknya, jika PLTU dibangun di daerahnya, Batang, Jawa Tengah.”Bila PLTU berdiri, anakku mau dibawa ke mana? Tak ada tempat lagi di Indonesia. Gara-gara orang pinter, gunung dijual. Laut ditanami besi,” kata salah satu warga dengan lantang dan mata yang berkaca-kaca sambil menepuk dadanya.
Selain menyuguhkan fakta pengrusakan lingkungan dan kehidupan sosial ekonomi warga sekitar pertambangan batu bara dan PLTU, Sexy Killer juga blak-blakan soal sejumlah “nama besar” yang berada di balik perusahaan pertambangan batu bara tersebut. Kiranya ini menjadi hal menarik yang patut diperbincangkan. Sebab dua nama Cawapres yang akan bertarung 17 April 2019 mendatang turut terseret di dalamnya. Maka dari itu, pemerintah dipandang lemah dalam menegakkan hukum yang berlaku khususnya di bidang pertambangan batu bara itu sendiri.
Penyajian data yang dapat dipercaya menjadi salah satu kelebihan film ini. Hanya saja, seperti film-film dokumenter biasanya, narasi yang monoton dan terlalu serius bagi sebagian orang akan dianggap sangat membosankan. Meski begitu, bagi Anda yang ingin mengetahui banyak hal guna memperluas wawasan Anda, kiranya film ini patut untuk Anda tonton. Selamat menikmati.
Data Film
Judul Film : Sexy Killers
Durasi : 88 Menit
Tanggal Rilis : 05 April 2019
Produser : WatchDoc
Negara : Indonesia
Genre : Dokumenter
Melika Nur Jihan