Selamat berakhir pekan semuanya.. Kali ini identitas ingin memberikan salah satu referensi bacaan yang ringan, menarik, unik, dan dapat mewakili apa yang biasa Anda rasakan. Untuk itu, simak pembahasannya yuk..
Dulunya, dalam hidup saya, saya peduli akan banyak hal. Tapi, saya juga bodo amat terhadap banyak hal. Dan ternyata terbukti, hal-hal yang tak saya pedulikan itulah justru yang membuat perbedaan.
Seiring berjalannya waktu, tiap manusia mengalami banyak perubahan pola pikir. Tiap babak baru yang dijalani, kesadaran akan berbagai konsep kehidupan akan terus berlanjut sejalan dengan datangnya pengalaman-pengalaman tak terduga.
Mark Manson membagikan tahapan-tahapan pendewasaan dirinya melalui buku pertamanya ini. Berbagai kisah menarik yang sepatutnya dijadikan pembelajaran diceritakan secara menggelitik tanpa basa-basi.
Manson membagikan beberapa kisah hidup tokoh terkenal seperti Bukowski, Letnan Onoda, maupun mantan personil The Beatles. Dipadukan juga dengan kisah hidup miliknya sebagai contoh bagaimana uniknya manusia mengatasi masalah yang dihadapinya.
Kemudian menjadikan masalah tersebut sebagai hal positif yang bermanfaat ketimbang merengek karena ingin menyudahi segala hal. Ada beberapa hal yang perlu kita pedulikan, namun ada beberapa hal yang lebih penting untuk disikapi secara masa bodoh.
Dalam buku setebal 246 halaman ini, Manson memaparkan tahapan demi tahapan pengontrolan diri, bagaimana seharusnya kita bersikap atas segala keputusan-keputusan yang akan dipilih dalam hidup kita.
Melalui kisah hidup beberapa orang, Manson menjelaskan secara mendetail bagaimana seseorang menentukan langkah selanjutnya dalam hidupnya setelah mendapati masalah tepat di mukanya. Dan apa efek dari tindakannya tersebut. Hingga tercipta berbagai konsep seni bersikap masa bodoh milik Manson yang ditulis dengan gaya nyeleneh untuk memotivasi para pembaca.
Tulisan Manson dirasa menarik sebab ia menggunakan pilihan kata yang biasanya bermakna negatif, namun memiliki makna mendalam yang justru positif jika dicermati baik-baik. Disebabkan oleh gaya menulis Manson yang blak-blakan, buku Manson disarankan agar hanya dibaca oleh pembaca berumur 17 tahun ke atas.
Manson mengatakan kepada para pembacanya untuk jangan berusaha tepat di bagian awal bukunya, yang pasti membuat semua orang mulai berpikir, penulis macam apa yang menyarankan orang lain untuk malas? Nyatanya, ketika dibaca lebih lanjut, frasa ‘jangan berusaha’ memiliki makna lebih dalam dari sekedar ‘jangan berusaha’. Sangat menarik.
Jargon ‘jangan berusaha’ milik Manson tidak muncul begitu saja. Banyak hal yang telah terjadi. Dari Manson yang malas dan nakal menjadi Manson yang bijak.
Ada satu titik terendah di kehidupan Manson yang menjadi awal dari segala proses pendewasaannya. Josh, sahabat terbaiknya, tenggelam di dasar danau saat mereka berlibur bersama.
Di detik-detik terakhir hidup Josh, Manson menolak permintaan terakhir sahabatnya itu. Satu pukulan telak di hatinya, menjadi permulaan dari segala hal baik yang ia bentuk secara bertahap dengan sangat baik.
Dengan sembilan judul sub-bab yang kocak, Manson menyusun isi bukunya dengan cara yang sangat memukau. Dimulai dari hal yang paling mendasar untuk bersikap masa bodoh, hingga ke sebuah filosofi tentang pastinya sebuah kematian yang erat kaitannya dengan alasan mengapa penting untuk bersikap masa bodoh.
Efek berkelanjutan dari bersikap masa bodoh, akan membuka berbagai pintu untuk menjadi individu yang sehat secara mental juga sehat dalam memutuskan segala pilihan.
Buku yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia ini, sangat mudah untuk dipahami sebab sang Editor, Adinto F. Susanto, juga Penerjemah, F. Wicakso, melakukan tugasnya dengan sangat baik. Pilihan kata yang segar juga tidak kaku, membuat buku ini berbeda dari buku-buku motivasi terjemahan lainnya.
Perpaduan antara gaya menulis Manson yang blak-blakan juga pilihan kata hasil terjemahan yang tidak menimbulkan perasaan tabu, membuat buku ini kian sempurna.
Bagi generasi muda yang masih mencari jati dirinya masing-masing, buku terbitan pertama milik Manson ini sangat tepat untuk dijadikan sebagai panduan untuk memilih sikap yang baik dalam mengontrol diri. Dengan kata lain untuk bermasa bodoh akan hal-hal yang dirasa penting, namun dalam kenyataannya akan lebih mudah untuk diabaikan. Selamat membaca!
Judul buku : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving A Fuck)
Penulis : Mark Manson
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Tebal : 246 halaman
Ukuran : 20.5 cm x 17.5 cm
Cetakan : Ke-6, 2018
Madeline Yudith