Masalah lingkungan sejak dulu merupakan hal krusial yang kian hari semakin memerlukan solusi kreatif. Tak hanya sekadar solusi, tetapi juga bagaimana cara untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Saat ini sangat dibutuhkan wadah berbasis lingkungan hidup yang mampu untuk menginspirasi masyarakat, salah satunya dalam bentuk komunitas peduli lingkungan. Hal inilah yang menjadi visi dari Sobat Bumi Indonesia.
Pada awalnya, Sobat Bumi Indonesia merupakan sebuah komunitas yang didirikan oleh para penerima beasiswa Sobat Bumi Pertamina Foundation. Komunitas tersebut kemudian diresmikan sebagai organisasi independen pada tahun 2014 dan diberi nama Sobat Bumi Indonesia (SOBI). Organisasi ini mewadahi pemuda yang ingin menjadi bagian dari solusi masalah lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya, sehingga dapat bergerak untuk melakukan sebuah tindakan inovatif, sinergis, dan berkelanjutan demi terciptanya Indonesia hijau.
Koordinator Sobat Bumi Indonesia Regional Makassar Periode 2009/2020, Muh. Aswad Ashan menjelaskan alasan didirikannya komunitas ini. “Awalnya para penerima beasiswa memiliki semangat berkegiatan di bidang lingkungan hidup. Namun seiring waktu, mereka sadar bahwa semangat cinta lingkungan haruslah di sebar luaskan ke khalayak umum sehingga tercetuslah ide untuk membentuk suatu wadah aksi lingkungan,” jelasnya.
Selain Regional Makassar, SOBI sendiri telah memiliki 22 regional lain yang ditetapkan melalui Keputusan Musyawarah Nasional terhitung dari tahun 2014 hingga saat ini. SOBI regional tersebar di berbagai kota di Indonesia. Untuk Regional Makassar, telah memiliki sekretariat di Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Memiliki tagline “Cintai Bumi Selamatkan Bumi”, SOBI Makassar bukan hanya merupakan wadah bagi mereka yang senang di bidang lingkungan, melainkan juga mengupayakan bagaimana agar masyarakat bisa sepemikiran dalam hal kecintaan terhadap lingkungan.
“Anggota SOBI Makassar terkenal dengan ciri khas membawa tumbler dan re-useable bag kemana-mana. Hal ini dilakukan untuk menerapkan gaya hidup bebas plastik dan ramah lingkungan tidak hanya bagi anggota SOBI, tapi juga memotivasi masyarakat sekitar,” papar Aswad.
Perihal keanggotaan SOBI Makassar, pemuda kelahiran tahun 2000 ini menjelaskan, saat ini pembukaan anggota berdasarkan ketentuan tiap regional yang telah diberikan hak otonom. Bagi regional Makassar sendiri, anggotanya berjumlah 114 orang. Mereka merupakan masyarakat umum dengan rentang usia 17-30 tahun.
“Anggota SOBI Makassar terdiri dari berbagai kalangan. Ada yang masih kuliah, pegawai pemerintahan/badan usaha, dan beberapa sudah berkeluarga. Sekitar 60 persen anggota sudah bekerja, namun banyak juga yang merupakan mahasiswa. Hal tersebut tentunya menjadikan kami sangat beragam, dan saling melengkapi dalam hal pengetahuan tentang sosial dan lingkungan,” tutur Aswad.
Layaknya organisasi independen, SOBI Makassar menjalankan kegiatan sesuai dengan fungsi organisasinya, yaitu sebagai sarana aspirasi anggota, penyalur visi misi dalam melakukan kegiatan lingkungan, sarana pemberdayaan masyarakat, juga sebagai badan advokasi dalam mengawal isu yang tidak ramah lingkungan.
Saat ini SOBI Makassar fokus menjalankan fungsi sebagai wadah aspirasi anggota. “Kami mewadahi anggota Sobat Bumi yang mempunyai informasi permasalahan lingkungan di sekitarnya. Kemudian akan dilakukan kajian bersama untuk menemukan solusi dengan menyusun strategi dan ide yang kreatif,” jelas Aswad.
Selama dua tahun belakangan ini, Aswad menyebutkan salah satu kegiatan besar yang telah dilakukan SOBI Makassar, yakni Bersobat Bumi Mangrove. Menurutnya, dalam pelaksanaan kegiatan, mereka telah menanam mangrove sebanyak 2000 bibit yang tersebar di daerah timur dan barat daya Kota Makassar.
Selain terjun langsung untuk menjaga kelestarian lingkungan, SOBI Makassar juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesadaran lingkungan. Hal ini dilaksanakan dalam kegiatan diskusi publik dan juga webinar.
Lebih lanjut, Aswad menambahkan, sebagai fungsi pemberdayaan masyarakat, SOBI Makassar memiliki program Desa Binaan di Jl. Adhyaksa Lorong V, Kecamatan Panakkukang. Bahkan tahun lalu, mereka telah menjalankan kegiatan biopori di desa binaannya.
Meskipun terkendala pandemi, saat ini bukan alasan untuk berhenti beraksi. Aswad menuturkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh SOBI Makassar dimodifikasi menjadi kegiatan daring. “Karena pandemi semuanya harus daring jadi kami mengubah kegiatan, salah satunya Eco-Journaling dalam bentuk challenge di media sosial yang berlangsung selama seminggu,” bebernya.
Azzahra Nabilah