Pagi itu mataku tertuju
Pada ibu yang tegar dengan lidah yang kelu
Sepertinya balutan garam pada nasinya terlalu banyak
Lalu ia sudahi sarapan
Malamnya aku terpaku
Pada mangkuk bunga-bunga berwarna biru ibu
Dengan lahap ia menyantap nikmat air dan angin hingga kenyang
Lucunya, ada telur di meja makan
Esok hari mataku kembali tertuju
Ternyata…
Sumpah serapah ibu memenuhi jagat rumah
Sedang ayah menggebrak meja lalu berlalu begitu saja
Lusanya, mataku mengabur
Rumah tanpa jendela itu kian sepi
Tak ada garam, apalagi gebrakan meja
Namun, aku lapar dan tak ada yang bisa dimakan
Kini, aku meringkuk
Napas tersengal…
Matapun terpejam
Harapku ada sumpah serapah Ibu
Diselingi gebrakan meja Ayah
Penulis : Iswatun Khazanah,
Mahasiswa Jurusan Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Angkatan 2018