Selasa, 9 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Opini Cermin

Televisi atau YouTube?

12 Oktober 2019
in Cermin, Civitas, Sastra
Televisi atau YouTube?

ilustrasi: identitas/Santi Kartini

Editor Fatyan

Siapa yang tak tahu YouTube, sebuah situs yang memungkinkan kita untuk mengunggah, menonton dan berbagi video. YouTube dibuat pada Februari 2005 dan video pertamanya diunggah 23 April 2005, video berjudul “Me at the Zoo” diunggah dengan durasi 19 detik.

YouTube mulai booming  di Indonesia pada tahun 2014 dengan peningkat sebesar 600 persen. YouTuber dengan konten-kontennya mulai menjamur. Mulai dari vlog, masak, make up, horor, prank, opini, pendidikan, sampai dengan berita selebritas.

BacaJuga

Menyelami Tradisi Gowok Melalui Perjalanan Hidup Nyi Sadikem

Berebut Jenazah, Kisah Anak yang Diperebutkan Agama

Ria Ricis dan Atta Halilintar. Mendengar nama keduanya hampir mustahil masyarakat Indonesia tak mengenal mereka. Mereka merupakan YouTubers dengan subscriber tertinggi di Indonesia. Pada awal kemunculannya Ricis berhasil mencuri perhatian netizen Indonesia dengan konten squishi dan Atta dengan  konten grebek rumahnya.

Kemunculan YouTube perlahan menggeser eksistensi Televisi (Tv). Terbukti dengan survei yang dilakukan Google dan Kantar TNS pada Januari 2018. Disebutkan bahwa YouTube ditonton 53 persen pengguna internet di Indonesia, sementara warganet yang menonton televisi sebanyak 57 persen. Sebenarnya memang belum mengungguli, tapi pergerakan YouTube hari demi hari semakin signifikan dan tak mustahil jika akan ada masanya YouTube menjadi lebih unggul.

Sebelum itu mari kita lihat apa yang membuat YouTube lebih unggul dan mampu menyaingi Tv yang sudah ada di negeri ini sejak tahun 1962. Dibandingkan Tv, YouTube lebih mudah diakses dengan gawai.  Dibandingkan Tv pula YouTube lebih mempunyai banyak konten dan kita bisa mengatur waktu menonton sesuka hati tanpa gangguan iklan yang berarti. Tak hanya itu, malah sekarang hampir semua  tontonan yang ada di Tv juga ada di YouTube.

YouTube yang sedang naik daun pun bak tambang emas yang terbuka lebar untuk siapa saja. Atta yang kini memiliki subscriber channel YoutTbe terbanyak se Asia Tenggara, Tepatnya 19,2 Juta subscriber menjadikannya Youtuber dengan penghasilan terbanyak ke delapan se antero dunia. Menurut data dari Purple Moon Promo, Pria dengan jargon ‘Asyiap’ itu memiliki penghasilan yang mencapai 1,3 Juta pound sterling atau setara dengan Rp 22 miliar per bulan. Sangat fantastis bukan.

Dengan penghasilan yang sangat menggiurkan tersebut, tak heran jika sebagian artis Tv turut melebarkan sayapnya ke dunia per-YouTube-an. Mulai dari Raffi Ahmad, Baim Wong, Deddy Corbuzier, Shiren Sungkar, Ruben Onsu, Andre Taulany, Sule, dan masih banyak artis Tv lainnya. Terlalu sumpek rasanya bila harus dituliskan semuanya. Tak Hanya artis, masyarakat terutama kaum millennial juga turut berbondong-bondong mengadu peruntungan di dunia per-YouTube-an.

Tak hanya para artisnya, konten Tv pun mulai merambah ke dunia YouTube. Salah satunya berita artis, mulai dari perceraian, sensasi hingga pertengkaran antar selebritas, semuanya turut menyerbu Youtube.

Kehadiran mereka yang berasal dari pertelevisian mempersempit ladang fulus Youtubers. Meskipun tak semua Youtuber mampu terdepak, sebagian dari mereka yang sebelumnya berseliweran di jajaran trending kini tergantikan sensasi, prank, pertengkaran yang aktornya adalah artis Tv. Trending sendiri berarti suatu hal yang sedang menjadi perbincangan hangat di suatu negara.

Sebut saja Ricis, perempuan dengan subscriber terbanyak di Indonesia belakangan tak terlihat di Trending Indonesia.

Mereka yang berasal dari Tv di jajaran trending tak sepenuhnya salah, karena keberadaan mereka ditentukan oleh netizen. Semakin banyak jumlah penonton di tambah dengan durasi menonton lama akan membuat suatu video menjadi trending. Selain itu interaksi, mulai dari komentar, bagi, suka, dan tidak suka turut menentukan video menjadi trending, dan semuanya hanya bisa terjadi jika netizen mengklik video tersebut.

Ketertarikan pengguna YouTube untuk mengklik bukan sekedar dipengaruhi kebutuhan video yang harus ditonton mereka. Judul clickbait yang berpadu berita sensasional dari artis yang sedang naik daun merupakan ramuan yang tepat untuk menuntun mereka membuka suatu video.

Bercermin dari penggambaran di atas, di era digital, ketergantungan kita terhadap YouTube sebagai media informasi, hiburan, dan belajar tak bisa terbendung lagi yang jika dibandingkan dengan Tv yang tak bisa kita kendalikan sepenuhnya.

Maka dari itu, seharusnya pengguna YouTube lebih bijak memilih video yang hendak mereka tonton, tidak terpengaruhi judul yang  sekiranya clickbait, dan sensasi artis. Karena sejatinya mendukung mereka yang benar-benar content creator YouTube lebih bermanfaat dibanding menyaksikan berita sensasi selebritas.

Penulis:

Hafish Dwi Fernando

Reporter PK identitas Unhas

 

Tags: Hafish Dwi FernandoIlustrator PK identitasPk identitas Unhasrubrik cermin PK identitasTelevisi atau YouTube
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Menguak Sisi Lain RKUHP, LP2KI Adakan Kajian

Next Post

Aku Telah Membunuhnya

Discussion about this post

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In