Jika desain visual tidak bisa dapatkan ‘mata’ orang, maka tidak bisa pula dapat perhatiannya.
Dewasa ini, era digital nyata melejitkan perkembangan teknologi. Salah satunya di dunia desain grafis yang kini ikut tumbuh pesat. Kebutuhan akan desain grafis sebagai media penyampai pesan yang menarik juga semakin tinggi. Tanpa desain yang menarik, akan sulit untuk mendapatkan perhatian orang-orang. Begitulah pandangan Imam Hidayat, seorang desainer grafis dengan segudang prestasi.
Imam, demikian ia disapa, mulai berkenalan dengan dunia desain grafis ketika masih menjadi fotografer di Penerbitan Kampus identitas Unhas tahun 2012. Posisinya sebagai seorang fotografer membuatnya kerap berurusan dengan layout (penata letak koran). Ketertarikannya terhadap desain semakin tinggi ketika melihat salah satu rekannya, Sita Nurazmi M yang kini telah menjadi istrinya, dengan lihai menata letak pada koran. Imam kemudian penasaran dan mempelajari beberapa teknik desain grafis dari Sita.
Potensi yang dimiliki pria kelahiran Wonomulyo, 17 Desember 1992 itu semakin menonjol ketika lolos mengikuti salah satu lomba internasional di Jerman tentang pembakaran sampah ramah lingkungan, yang mengharuskannya membuat sebuah poster untuk dipresentasikan.
“Itu adalah poster pertama yang saya buat selama hidupku dan itu langsung disaksikan oleh beberapa peserta lain yang ada di seluruh dunia di Jerman tahun 2012,” kenangnya.
Peristiwa tersebut lantas menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan dalam hidupnya. Imam terus belajar, mengombinasikan kemampuan fotografi, videografi, serta desainnya. Menurutnya, ide yang ingin ia miliki jauh lebih bisa disampaikan melalui desain visual di banding sebatas lisan. Baginya, salah satu tantangan yang perlu dihadapi dalam dunia desain adalah sulitnya mencari ide yang orisinil.
Ketekunannya dalam mendalami dunia desain grafis juga memberinya kesempatan bekerja sebagai pengurus konten digital harian di organisasi dan beberapa perusahaan, seperti PCI Nahdatul Ulama Cabang Belanda 2018-2019, Pik Kripik by Sang Pisang 2019, Pamona.id 2019, serta perusahaan game VNG Unicorn Vietnam pada tahun 2020. VNG juga merupakan satu-satunya perusahaan e-commerce di Vietnam.
“Jadi waktu saya dapat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan kan saya kursus di Bandung, setelah kursus itu saya coba mengisi waktu luang. Jadi satu tahun sebelum kuliah di Belanda, saya ingin punya pengalaman kerja, saya lihat ada pembukaan pendaftaran di perusahaan VNG Vietnam. Saya daftar dan diterima,” rincinya.
Berkat pengalaman Imam di dunia desain grafis, memudahkan langkahnya dalam meraih prestasi lain. Diantaranya menjadi lulusan program non gelar University of Hawai’i Honolulu, USA 2013 dan Kochi University,serta beberapa program beasiswa internasional lainnya.
Sebagai salah satu lulusan S1 Agroteknologi, memiliki kemampuan sebagai desainer grafis adalah sesuatu yang sangat berharga. Bagi Imam, ilmu yang didapatkan di kelas cukup untuk mengembangkan ilmu yang diambil sesuai dengan jurusan, selebihnya adalah waktu untuk mengasah kemampuan lainnya. Mahasiswa juga harus pandai dalam memilih kemampuan yang akan didalami. Imam menyarankan agar para mahasiswa tidak hanya fokus pada jurusan yang dipilih, tetapi juga mempelajari keterampilan yang akan dibutuhkan dunia di masa depan.
Kedepannya, Imam bercita-cita menjadi pengajar yang dapat memanfaatkan teknologi secara efisien, terutama desain grafis. Seiring perkembangan zaman, metode memperoleh ilmu juga harus dilakukan dengan cara yang elegan. Imam berencana untuk membangun persepsi bahwa dosen adalah orang yang paling update mengenai teknologi. Menurutnya, masih banyak dosen yang kurang bagus dalam membuat slide presentasi, sehingga terkesan membosankan, dan kurang komunikatif. Padahal seharusnya dosen lebih paham bahwa ilmunya akan lebih tersampaikan jika dikemas dalam bentuk video edukatif.
Di akhir wawancara, Imam berpesan kepada para mahasiswa untuk selalu semangat dalam mengembangkan diri, agar dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain.
“Kembangkan dirimu dengan perbanyak keterampilan. Selain itu harus melek teknologi juga. Bukan cuma melek,tapi juga harus punya kemampuan digital. Kalau tidak yakalian hanya jadi penonton saja,” tutupnya.
Risman Amala Fitra