“Keberhasilan seorang atlet bergantung dari dirinya sendiri. Usaha adalah modal utama dan tentunya rezeki telah ditentukan oleh Sang Ilahi,” kata Ayah Setia.
Berparas cantik nan anggun dalam berpakaian, Sri Ayu Setia Lestari adalah seorang atlet kempo. Di usia empat tahun, Sri Ayu Setia Lestari telah menjadi seorang atlet. Setia, sapaan akrabnya, tercatat sebagai atlet pada tahun 2001. Sedari kecil ia sudah dilatih oleh ayahnya yang bekerja sebagai PNS TNI – AD untuk latihan Kempo.
Seperti namanya, perempuan asal Gowa ini setia pada olahraga bela diri (Shorinji Kempo) dan menekuninya sampai sekarang. Ia dan ayahnya, Suparmin, menjadi atlet di bawah naungan Persatuan Kempo Indonesia (Perkemi) Gowa.
Kala itu, Setia memiliki semangat membara untuk latihan kempo. Namun, pada saat kelas tiga SD, ia sempat vakum karena tempat latihan kempo pada saat itu pindah ke tempat lain.
Setelah vakum selama tiga tahun, putri dari pasangan Suparmin dan Aminah Amin ini kembali bergabung ke dunia kempo. Ia mulai mengikuti lomba pada saat kelas dua SMP. Ajakan itu datang dari ayahnya. Sempat tak mau, namun akhirnya ia sadar bahwa passion-nya ada di kempo.
Perempuan kelahiran tahun 1997, bercerita kecintaannya terhadap kempo atas motivasi ayahnya. Meski dilatih dengan keras oleh sang ayah, Setia mengaku tak pernah mendapat tekanan. Sampai akhirnya, ia bisa dengan cepat sampai di titik juara sebagai seorang atlet.
“Keberhasilan seorang atlet bergantung dari dirinya sendiri. Usaha adalah modal utama dan tentunya rezeki telah ditentukan oleh Sang Ilahi,” kata mahasiswi angkatan 2016 mengingat pesan ayahnya.
Saat ikut lomba, Suparmin, ayah Setia tak pernah ingin menjadi wasit. “Kalau saya lomba, ayahku ndak pernah jadi wasit”, jelasnya.
Dalam sehari, Mahasiswi Sastra Inggris ini menyempatkan diri untuk berolahraga. Bila tidak, ia biasa mengalami sakit kepala. Terlebih saat akan mengikuti lomba, ia sering latihan di rumah sebelum tidur, walaupun di Dojo (lokasi latihan) juga ia telah latihan.
Latihan-latihan yang dilakukannya tak sia-sia. Terbukti, ia telah menorehkan segudang prestasi. Berbagai medali pun diraihnya. Seperti, di tahun 2014 ia meraih juara tiga kategori randori 42 kg putri Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) dan juara tiga randori 39 kg Pekan Olahraga Daerah Bantaeng.
Tahun berikutnya, 2015, ia menyabet juara 3 randori putri 45 kg kejuaraan nasional kempo antar kota pada tahun dan juara 2 embu beregu campuran kejuaraan nasional kempo antar kota.
Dua tahun selanjutnya, 2017, juara 3 randori 45 kg Kejurda/pra Porda pun dicapainya. Tahun ini, 2018, ia mengumpulkan lagi medali, juara 2 embu berpasangan campuran kyu 1 Rektor Unhas Cup dan juara 3 randori 45 kg putri Porda Pinrang 2018.
Dalam kesehariannya, Setia terkadang dilanda stres saat latihan. Ia juga kerap memikirkan tugasnya. Namun, untuk mengatasi hal itu, Ia selalu melatih dirinya untuk lebih pandai dalam membagi waktu. Saat jadwalnya bertabrakan pun, sebisa mungkin ia mengkoordinir antara waktu latihan dan akademik. Ia terlebih dahulu menyelesaikan semua tugas akademiknya, kemudian beralih untuk latihan.
Sulung dari tiga bersaudara ini selalu menanamkan sikap disiplin dalam dirinya. Ia bukan tipe orang yang senang berkumpul dan menghabiskan waktu semata. Ia mengatakan, jika ada target yang ingin diraih, hal yang harus dimiliki adalah sikap disiplin dan harus pandai dalam mengatur waktu.
Setia memiliki harapan yang sangat besar. Sebagai atlet yang telah memperoleh banyak juara, ia ingin suatu saat dapat ikut pertandingan di kancah internasional. “Harapan saya itu, bisa ka ikut pertandingan di kancah internasional, semoga,” harapnya.
Mayang Sari