Nanar tatapmu malam itu
Kulihat jua noktah yang sengaja kau endapkan dalam gelisah
kamar 3×4 meter itu seolah peti yang siap hantarkan tubuh kaku pada tanah merah
Aku tak sakit, hanya ada ruang yang retak yang dihempas ombak kebencian
Pada luka yang enggan mengalirkan darah
Pada mata yang sungkan mengalirkan sungainya
Biarkan lara itu bermuara pada senja yang nestapa
Jadi lautan nelangsa yang tergenang dalam kenang
yang hilang tak meninggalkan bayang
Biarkan Ibu pertiwi menangis sunyi di peradaban tak berhati
Atau kau yang mencoba menghapus tangis menjadi teroris
Bengis
Sadis
Penulis : Laila Marni
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang
Angkatan 2015