Ratusan mahasiswa yang menamakan diri mereka “Solidaritas Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas)”, melakukan longmarch mulai dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) hingga di Sekitaran Sekretaria Badan Esksekutif Mahasiswa (BEM) Farmasi Unhas, Selasa (3/9).
Dengan membawa pengeras suara dan spanduk yang salah satunya bertuliskan “Kami Marah”, mereka mengajak para mahasiswa lain untuk bergabung menuju Gedung Rektorat Unhas. Hal ini dilakukan guna menyuarakan tuntutan, soal pembekuan lembaga mahasiswa tingkat fakultas dan peninjauan Peraturan Rektor tentang Organisasi Mahasiswa (PR Ormawa).
Solidaritas Mahasiswa Unhas tersebut tergabung dari 14 fakultas. Mereka telah melakukan konsolidasi dan menyimpulkan dua tuntutan besar yakni, cabut surat keputusan (SK) pembekuan lembaga mahasiswa tingkat fakultas dan peninjauan PR Ormawa. Sebagaimana diterangkan Nurwahid, selaku Koordinator aksi.
“Tentu saja pencabutan SK pembekuan lembaga dan tidak ada kejadian serupa dan hadir kembali, yang kedua pembahasan terkait PR Ormawa karena masih banyak pasal-pasal yang rancuh dan pengimplementasiannya yang belum optimal,” paparnya.
Setibanya di depan Gedung Rektorat Unhas, massa aksi bergantian menyampaikan tuntutanya. Tidak lupa sumpah mahasiswa yang berulang kali mereka teriakkan, mengikuti kepalan tangan seraya bersumpah. Tak hanya itu, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) juga melakukan pertunjukan ‘Sastra Resah’ sebagai sentilan terhadap birokrasi.
“Kau potong tanganku, kau potong seluruh tubuhku, tapi mulutku masih bisa bicara, angkat aku, jemur aku teman, biarkan aku mencair,” begitulah bunyi sepenggal puisi yang mereka bawakan.
Setelah sempat dihampiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes yang pesismis dapat memepertemukan massa aksi dengan Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA. Mereka pun merengsek masuk ke dalam lantai satu Gedung Rektorat Unhas untuk menunggu rektor yang dalam perjalanan pulang dari Kabupaten Bone.
Di dalam gedung rektorat, mahasiswa yang dipimpin empat belas ketua lembaganya bertemu dengan Direktur Alumni dan Penyiapan Karir, Abdulah Sanusi SE MBA PhD. Negosiasi sempat alot karena semula massa tidak diizinkan menunggu di dalam gedung oleh pihak birokrat.
Kendati demikian, massa aksi lalu duduk dan tidak lama kemudian, Prof Arsunan turun untuk bertemu mereka. Para massa kemudian sepakat, keempat belas ketua lembaga menandatangani surat pernyataan menjamin tidak terjadi keributan dan pengerusakan, dengan konsekuensi dipecat atau dikeluarkan dari kampus jika terjadi.
Akhirnya pukul 17.23 Wita, rektor Unhas duduk berdampingan dengan massa aksi guna mendengarkan tuntutan mereka. Pun setelah mendengarkan tuntutan massa aksi, Prof Dwia akan memanggil para dekan yang membekukan lembaga mahasiswanya, lalu akan diadakan forum pertemuan dengan perwakilan massa guna membahas dua pokok masalah tersebut, satu sampai dua hari setelah proses Wisudah besok, Rabu (4/9).
“Yang dibekukan hanya untuk P2KMB saja, saya sudah panggil dekan kok tidak ada pembekuan secara total mengakui organisasi itu dengan aktivitasnya. Ttentu mereka akan ada batasannya, saya akan memanggil para dekan. Tidak ada yang dimatikan organisasi, mereka tetap jalan. Namun, konsekuensinya memang ada batasan, ada hal-hal yang mereka tidak dapat berpartisipasi,” jelas Prof Dwia.
Senada dengan apa yang disampaikan Wahid, Koordinator aksi, mengenai PR Ormawa, lembaga yang menolaknya akan terkendala di pendanaan dan rekomendasi kegiatan.
“Ada beberapa argumentasi yang hadir, bahwasanya teman-teman lembaga kemahasiswaan yang dibekukan ataupun tidak diakui, tidak mendapat anggaran dan masih terkendala di rekomendasi kegaiatan itu hasil dialog. Terkait peninjauan PR Ormawa akan diadakan forum selanjutnya setelah wisuda,” tutupnya.
Rir