Kesenjangan Sosial yang ada diantara masyarakat kota dan desa telah menjadi rahasia umum, persoalan yang seakan-akan disinyalir tidak memiliki ujung, seperti aksesibilitas, sarana dan prasarana, utamanya pada bidang Pendidikan, Kesehatan dan Kesetaraan Gender. Masyarakat desa sulit untuk bersaing karena minimnya akses yang dimiliki.
Masyarakat pelosok kerap jarang mendapatkan perhatian dari para pemerintah setempat. Berangkat dari keresahan itu, beberapa pemuda dengan keresahan dan misi yang sama akhirnya membentuk komunitas untuk menjawab keresahan tersebut, yang diberi nama Aksi Indonesia Muda.
Presiden Aksi Indonesia Muda periode 2021 – 2022, Agung Sesar, menjelaskan bahwa Aksi Indonesia Muda adalah komunitas yang jauh berbeda dengan komunitas pada umumnya karena bergerak di bidang sosial. “Ide awal dari komunitas ini sendiri ialah untuk membuat suatu gerakan yang berbeda, yang diharapkan mampu menjadi pembuka buat gerakan-gerakan positif lainnya,” ucapnya.
Bantuan yang diberikan oleh Aksi Indonesia Muda itu sendiri terfokus pada tiga aspek, yaitu Pendidikan, Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga aspek tersebut dinilai vital dan dapat berguna buat masyarakat setempat, utamanya pemberdayaan masyarakat.
Bantuan atau program dalam pemberdayaan masyarakat contohnya seperti penyuluhan mengenai cara bercocok tanam yang baik jika mereka berkunjung ke daerah yang memiliki sumber daya melimpah namun tidak bisa mengelola karena terhalang oleh sumber daya manusia nya. “Jika SDM nya meningkat, tentu ekonomi dari daerah itu juga akan meningkat” Kata Agung.
Kegiatan penyuluhan ke berbagai desa ini sejatinya menjadi proker rutin dari Aksi Indonesia Muda itu sendiri, namun tak jarang juga mereka mengadakan diskusi serta kunjungan ke berbagai kampus yang ada di Indonesia, terakhir mereka sempat berkunjung ke Fakultas Psikologi Universitas Bosowa, Makassar.
Agung bercerita bahwa ia bergabung dengan Aksi Indonesia muda sejak 2020, berawal dari iseng dan dengan alasan untuk mencari kesibukan. Namun, lama kelamaan ia mulai nyaman dan menikmati kegiatan-kegiatan dan program kerja dari komunitas ini.
“Sebuah pengalaman baru yang meninggalkan kesan luar biasa bagi saya ketika kita mampu memberikan bantuan secara informal pada masyarakat pelosok, yang mungkin tidak seberapa namun tak akan terlupakan buat mereka dan buat saya pribadi” Jelas Agung ketika dihubungi via Whatsapp Call.
Perekrutan dari Aksi Indonesia Muda ini terbagi menjadi dua, yaitu Aksi Indonesia Muda Open Volunteer (AIMOV) dan Aksi Indonesia Muda Open Recruitment (AIMOR). Untuk AIMOV itu adalah gerakan volunter atau sukarela untuk turun langsung ke lapangan dan memberikan bantuan, dan untuk AIMOR itu harus melewati berbagai tahap pelatihan Internal sebelum akhirnya dijadikan sebagai pengurus tetap dari komunitas ini.
Dalam waktu dekat, Aksi Indonesia Muda akan kembali menelusuri pelosok-pelosok daerah. Kali ini kabupaten Gowa adalah lokasi penyuluhan dari Komunitas ini. “Di sebuah desa di Gowa kami menemukan ada sebuah desa dengan sumber daya alam yang mumpuni namun tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, maka dari itu kami sudah mengirim beberapa orang untuk turun dan memantau langsung kesana” Jelas Mahasiswa Psikologi UNM tersebut.
Dengan adanya Komunitas Aksi Indonesia Muda ini, Agung berharap kedepannya akan semakin banyak anak muda yang dapat melanjutkan atau melestarikan kegiatan positif ini, “Semoga tetap dilanjutkan saja kalau perlu diperbanyak kegiatan seperti ini, saya yakin banyak sekali orang diluar sana yang ingin bermanfaat buat masyarakat namun tidak tahu harus memulai dari mana, Aksi Indonesia Muda inilah tempatnya” pungkasnya.
Satria Pratama