Menjadi seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang mengabdikan diri untuk negara merupakan cita-cita mulia. Tak heran apabila banyak sekali yang mendambakan dan memiliki impian menjadi seorang TNI sejak kecil. Termasuk Wakil Rektor Bidang akademik dan Kemahasiswaan, Prof drg M Ruslin MKes SpBM(K).
Tumbuh melihat sosok Ayah seorang pengabdi negara membuat pria kelahiran Pangkajene itu berniat mengikuti jejak sang Ayah menjadi tentara. Tak hanya sekedar bermimpi dan berharap, ia berusaha untuk mencapainya.
Tinggal di lingkungan asrama militer, dengan suasana itu semakin menguatkan niatnya untuk menjadi anggota angkatan bersenjata Republik Indonesia. Ruslin sejak SMP sudah mempersiapkan dirinya menjadi tentara. Ia aktif belajar di sekolahnya dan melakukan serangkaian latihan fisik seperti berolahraga
Semua itu dilakukan agar dirinya bisa lulus ketika mengikuti pendaftaran. Hingga pada masa akhir SMA-nya ia mendaftarkan diri untuk masuk di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI), ia berangkat dari kabupaten Sidrap tempatnya tinggal ke kota Makassar untuk mengikuti tes.
Alih-alih mendapatkan mimpi yang sejak dulu ia dambakan. Ruslin dinyatakan tidak lolos setelah mengikuti serangkaian tes. Kekecawaan hadir, namun hidup harus tetap berjalan, ia kemudian bermaksud untuk melanjutkan pendidikannya.
“Wah kalau begitu mending saya kuliah, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri untuk masuk fakultas kedokteran gigi,” ungkapnya.
Setelah masuk di Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin (Unhas), Ruslin merasa cocok dengan pelajaran dan kondisi perkuliahan yang membuatnya semangat untuk terus belajar. Meskipun pada saat itu di Indonesia timur sendiri untuk pengetahuan di bidang kedokteran gigi masih kurang.
Keterbatasan itu tidak menjadi hal yang menurunkan motivasi belajarnya, ia malah termotivasi untuk semakin aktif. Ruslin menyadari memiliki kegemaran dalam hal akademik utamanya yang bersifat ilmiah. Untuk itu sejak berkuliah S1, Ruslin telah berniat menjadi spesialis.
Cita-cita tersebut terwujud, dengan pemikiran yang visioner ini lah mengantarkannya menempuh pendidikan S2 dan Spesialis-1 bidang bedah mulut dan maksilofasial di Universitas Padjadjaran (Unpad), di Bandung. Lalu melanjutkan pendidikan di Amsterdam, Belanda untuk S3. Ia juga pernah belajar di Jepang dan Taiwan.
Gagal mengabdikan diri sebagai prajurit TNI, Rusli malahan menjadi Guru Besar yang mengabdikan diri lewat Tridharma perguruan tinggi. Ia menyandang jabatan Profesor Bidang Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial pada Fakultas Kedokteran Gigi (FKG).
Dengan semangat dan motivasi belajar yang tinggi serta kerja keras, ia mampu memperoleh gelar tersebut di usia yang dapat dikatakan muda, yaitu di usia 40 tahun.
Tak hanya sebagai guru besar, Ruslin juga berperan sebagai akademisi, pernah diberi beberapa jabatan. Salah satunya pernah menjadi Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unhas (RSGM) . Selama 4 tahun di posisi ini ia berhasil membawa RSGM Unhas dipercaya salah satu terbaik di Indonesia.
Sebelum menjabat menjadi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ruslin pernah menjadi Dekan FKG Unhas. Pada awalnya fakultas yang ia pimpin memiliki 5 program studi, namun saat menjabat ia berhasil membuka lagi 7 program studi baru di fakultas tersebut dan juga membuka sekolah vokasinya.
“Kemarin saya kurang lebih tiga tahun itu bisa kita buka 7 program studi baru. Kemudian ada 5 program studi yang sebelumnya itu kita bisa maksimalkan untuk akreditasi unggul, ” kenang Ruslin.
Selain aktif mengajar sebagai dosen, Prof Ruslin memiliki yayasan yang bergerak dalam pengobatan bibir sumbing secara gratis. Nama yayasan tersebut adalah Celebes Cleft Center.
“Waktu kuliah di Unpad Bandung saya sering ikut terlibat dengan guru besarnya yang memiliki yayasan yang celah bibit sumbing, ” ungkap Ruslin.
Dengan alasan tersebut ketika kembali ke Sulawesi, pria kelahiran 1973 itu membentuk yayasan Celebes Cleft Center yang didanai oleh Non Government Organization dari berbagai negara.
Sampai saat ini yayasan miliknya telah melakukan operasi sekitar 2000 penderita bibir sumbing dan langit-langit yang ada di Indonesia timur sampai kalimantan secara gratis.
Jalan panjang cita-cita, dari Tentara jadi Guru Besar ini, tak lepas dari sosok menjadi motivatornya. Ruslin mengaku orang tua, keluarga, guru, dan rekan-rekan yang membuatnya mampu berkarir hingga titik ini.
“Tidak ada sesuatu yang langsung dalam hidup ini, semuanya butuh proses. Dalam proses ini ada orangtua yang mendoakan, keluarga saya terkhusus anak yang hadirnya memotivasi saya selalu berusaha melakukan terbaik. Tidak lupa peran guru dan rekan sahabat mengajar dan membantu sampai saat ini,” jelas Ruslin.
Muh. Amar Masyhudul Haq