Gerakan Radikal Anti Tindak Pidana Korupsi (Garda Tipikor) Fakultas Hukum Unhas gelar Garda Intellectual Forum dengan tema “Membentuk Kader yang Kritis dan Berintelektual Menuju Garda Tipikor yang Berkompeten”. Kegiatan ini dilaksanakan virtual melalui Google Meet, Sabtu (31/10).
Menghadirkan Imannul Yakin SH, alumni Fakultas Hukum Unhas sebagai salah satu pemateri yang membawakan materi mengenai Analisis Wacana Kritis. Dalam materi yang dibawakan, Imannul membahas seputar definisi dari analisis wacana kritis serta analisis wacana melalui paradigma kritis.
Di awal materi yang dibawakan oleh Imannul mengenai definis dari analisis wacana kritis, ia menyampaikan bahwa analisis wacana kritis harus dilakukan dalam bentuk suatu penyelidikan yang memiliki objek. Baik itu suatu karangan, perbuatan, atau hal lain yang bisa dijadikan objek untuk dianalisis.
Selain itu, wacana juga komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik kepercayaan, nilai dan kategori. Termasuk di dalamnya kepercayaan yang artinya mewakili pandangan dunia sebuah representasi dari pengalaman. Imannul juga menjelaskan bahwa analisis wacana adalah suatu kegiatan di mana seseorang memilki suatu wacana atau suatu informasi baik itu secara verbal ataupun tertulis.
Lebih lanjut, Imannul juga menyinggung mengenai wacana yang berhubungan dengan studi kebahasaan. Terdapat beberapa paradigma yang umumnya diketahui dalam suatu analisis wacana. Pertama adalah positivis-empiris, yaitu suatu wacana yang dianalisis bukan karena muatan substansinya, melainkan muatan struktur kebahasaannya.
“Apabila suatu wacana atau kalimat tidak berdasarkan suatu substansi atau tata bahasa yang baik menurut kaidah berbahasa yang baik, maka wacana itu adalah suatu kesalahan menurut positivis-empiris,” jelas Imannul.
Paradigma yang kedua adalah paradigma konstruktivisme yang memandang wacana sebagai sesuatu yang terpisah dengan subjek. Dalam konstruktivisme dapat di lihat lebih ke alam substansinya dari suatu pengarang. Jadi antara pengarang dan karangannya merupakan satu kesatuan dan dianalisa secara bersamaan. Selain itu, pengujar dan apa yang diujarkannya adalah suatu kesatuan. “Jadi dianalisa satu kesatuannya sehingga apa yang ditulis merupakan suatu representasi pengarang,” tutupnya.
M121
BACA JUGA : Mahasiswa Unhas Kembali Ukir Prestasi Menjadi Duta Genre Sulsel