Sebanyak 17 pejabat, dosen, dan pegawai Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan studi banding ke Universitas Hasanuddin (Unhas). Delegasi ITB tersebut dipimpin Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Prof Dr Eng Kharirurrijal MS, didamping Sekretaris LPPM Bidang Penelitian, Dr Ir Sugeng Joko Sarwono.
Kedatangan delegasi ITB ini diterima Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Infrastruktur Unhas (Prof Dr Ir Sumbangan Baja MPhil) dan Sekretaris Universitas Unhas (Prof Dr Ir Nasaruddin Salam MT). Hadir pula dalam pertemuan dan diskusi itu, beberapa Direktur dan Kepala Biro, yang berlangsung di Ruang Rapat A, Lantai 4 Gedung Rektorat Unhas, Jumat (4/10).
Dalam pengantarnya, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Infrastruktur, Prof Dr Ir Sumbangan Baja MPhil menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas kunjungan delegasi ITB ke Unhas. Menurutnya, ITB merupakan perguruan tinggi papan atas di Indonesia, sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi Unhas memperoleh kunjungan ini.
“Sebenarnya, Unhas yang harus belajar ke ITB. Karena posisi ITB di mata publik itu lebih di atas daripada Unhas. Namun demikian, memang ada hal-hal yang Unhas lebih unggul, sehingga kita bisa saling berbagi dalam hal ini,” kata Prof Sumbangan, panggilan akrabnya.
Sementara itu, Sekretaris Universitas, Prof Dr Ir Nasaruddin Salam MT menjelaskan posisi sumber daya manusia (SDM) yang memang diakui oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) dan perguruan tinggi lain.
“Kami memiliki jumlah guru besar terbesar dalam hal jumlah. Selain itu, progres pengusulan guru besar kita juga paling besar. Tahun ini saja, sampai sekarang kita telah meloloskan enam belas orang guru besar baru, dan masih ada beberapa yang sedang dalam proses,” kata Prof Nasaruddin dalam rilis yang diterima.
Ketua delegasi ITB, Prof Dr Eng Kharirurrijal MS mengatakan, tujuan kedatangan mereka ke Unhas memang untuk belajar terkait pengembangan SDM dan Perencanaan. Kedua hal ini merupakan keunggulan Unhas.
“Terus terang saja, dalam hal pengembangan SDM ini, kami benar-benar jauh berada di bawah Unhas. Itulah sebabnya kami datang ke sini untuk belajar tentang strategi Unhas dalam pengembangan SDM tersebut,” kata Prof Kharirurrijal.
Dalam sesi diskusi, beberapa peserta menanyakan tentang struktur Organisasi dan Tata Kelola (OTK) Unhas, mekanisme perencanaan, serta khusus terkait strategi pengembangan SDM.
Menanggapi hal terkait strategi pengembangan SDM tersebut, Prof Nasaruddin menjelaskan bahwa pihaknya memberikan pendekatan proaktif, dengan motivasi tinggi kepada dosen yang belum mengurus kenaikan pangkatnya.
“Dosen kami itu umumnya sangat sibuk, sehingga hampir tidak ada waktu untuk menghitung kredit kenaikan pangkatnya. Di sinilah kami proaktif memantau. Dulu, kalau ada dosen yang sudah bertahun-tahun tidak mengurus kenaikan pangkatnya, itu kami surati. Ternyata cara itu saja tidak cukup,” jelas Prof Nasaruddin.
Bagian kepegawaian di Unhas secara intensif mencermati data dosen, terutama data publikasi yang terdata pada google scholar, Scopus, maupun portal SINTA. Jika ada dosen yang dinilai telah memiliki publikasi yang memadai, maka akan segera diberitahu oleh Sekretaris Universitas.
“Jadi, isi surat kami itu bukan lagi menyampaikan bahwa ia sudah lama tidak naik pangkat, tapi kami ubah narasinya menjadi ‘menurut pengamatan kami, publikasi Bapak atau Ibu sudah memenuhi syarat untuk naik pangkat’. Dengan demikian, mereka termotivasi untuk segera memasukan berkas-berkas kenaikan pangkatnya,” katanya.
Pertemuan dan diskusi yang berlangsung sekitar dua jam itu berakhir pada pukul 11.45 Wita. Delegasi ITB yang hadir menyatakan apresiasinya atas pendekatan SDM Unhas.
Wandi Janwar