Coba ketik di google logo Unhas. Maka, akan banyak sekali logo yang bermunculan. Lalu, logo Unhas manakah yang asli?
Siang itu, Dosen Ilmu Sejarah, Drs Dias Pradadimara MA bertemu dengan salah satu reporter PK identitas. Sambil berjalan menyusuri koridor Fakultas Ilmu Budaya Lantai 3, Dias mencari logo Unhas yang tercantum di pamflet atau sejenisnya yang tertempel di mading. Setelah menemukan dua logo Unhas yang berbeda bentuknya, Dias mulai bertanya tentang perbedaan keduanya.
Dias menjelaskan tentang betapa banyaknya orang yang tidak menyadari akan beragam bentuk logo Unhas yang beredar. Hal tersebut memang terbukti, beberapa dosen dan mahasiswa diminta pendapatnya dan diperlihatkan enam versi logo Unhas. Mereka pun menyadari bahwa semua logo itu berbeda.
“Ada begitu banyak logo Unhas yang beredar. Ketika buka google akan tampil banyak logo. Banyak orang yang masih tidak menyadari hal itu. Saya terkadang mendapati skripsi mahasiswa yang menggunakan logo salah,” ujar Dias.
Melihat fenomena banyaknya versi logo Unhas, reporter identitas mendatangi Razak Djalle, adik almarhum Mustafa Djalle, pembuat logo Unhas. Menanggapi fenemona ini, Razak Djalle mengatakan, harus ada standar logo.
Ia menceritakan bahwa hal yang paling ditekankan pada logo Unhas ialah bagian pohon lontarnya. Mengenai permasalahan warnanya, Razak Djalle sebagai orang yang turut berkontribusi dalam pembuatan logo Unhas, mengaku tidak terlalu mempersoalkannya. Ia menganalogikan logo Unhas dengan Indonesia yang dilambangkan dengan burung Garuda.
Lambang Indonesia ditonjolkan dengan burung Garuda. Namun bagian yang mengandung makna mendalam yakni pada bagian dadanya. Sama halnya dengan logo Unhas, bagian yang mengandung makna mendalam ada di bagian tengahnya. Kendati demikian, sebagian besar orang hanya memperhatikan bagian ayam jantannya saja.
Bagian tengah logo Unhas ialah pohon Lontar. Lontar merupakan pohon beribu manfaat. Buahnya dapat dimakan, daunnya dapat dijadikan atap, batangnya bisa menjadi bahan untuk membuat rumah. Sebelum ada kertas, daun lontar dijadikan sebagai media mencatat.
Pohon Lontar dapat menjadi lambang ilmu pengetahuan tentang keserbagunaan manfaat yang diberikannya kepada umat manusia untuk kesejahteraan lahir batin. Sehingga diharapkan, orang–orang yang ada di dalam lingkup Unhas dapat menjadi manusia layaknya pohon lontar.
“Filosofinya, lontar itu tempat menyimpan catatan orang dulu. Itulah kenapa lontar diambil,” jelas Razak Djalle.
Mengetahui logo asli dari Razak Djalle, reporter identitas mencoba mendatangi bagian Hubungan Masyarakat Unhas, Ishaq Rahman. Hal tersebut dikarenakan, logo yang dimaksudkan oleh Razak Djalle berbeda dengan logo yang digunakan pihak Unhas sendiri.
Saat diwawancarai, Ishaq Rahman tidak tahu menahu persoalan logo Unhas yang digunakan saat ini dengan logo Unhas yang sebelumnya dibuat oleh almarhum Mustafa Djalle. Ia mengatakan, logo Unhas yang sah telah terdaftar dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 53 tahun 2015 tentang statuta Universitas Hasanuddin.
Dalam aturan tersebut, ada dua versi logo Unhas. Satu logo yang digunakan untuk bendera dan satu logonya lagi digunakan sebagai lambang. “Jadi kita mengacu pada logo yang telah terdaftar di PP RI No 53 tahun 2015 tentang statuta Unhas,” ucapnya.

(a)

(b)

(c)
Keterangan:
(a). Logo asli
(b). Logo yang digunakan untuk bendera Unhas, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2015 tentang Statuta Universitas Hasanuddin.
(c) Logo yang digunakan untuk lambang Unhas, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2015 tentang Statuta Universitas Hasanuddin.
Ke depannya, Ishaq berencana membuat surat edaran atau Surat Keputusan (SK) tentang penggunaan logo Unhas. “Nanti kita akan buatkan surat edaran atau supaya lebih mengikat kita buatkan SK nya, ” ujarnya.
M18, Uwt/Tan