Oleh : Wandi Janwar
Cerita ini berawal dari kisah sepasang sahabat di Kabupaten Bulukumba. Kedua Bocah itu bernama Andi dan Indah. Mereka menempuh pendidikan di sekolah yang sama, yakni Madrasah Aliyah Negeri 2 Bulukumba. Banyak kesamaan yang mereka miliki, seperti gemar belajar, menyanyi dangdut, hingga mata pelajaran IPA.
Namun, sayangnya hidup Andi tak seberuntung Indah. Meski mereka memiliki beberapa kesamaan, tapi dalam gaya hidup dan kondisi ekonomi mereka sangatlah jauh berbeda. Andi adalah anak sulung dari pasangan orang tua yang bekerja sebagai petani rumput laut. Berbeda dengan Indah, ia adalah anak seorang pejabat pemerintah yang sangat disegani di kabupaten itu.
Singkat cerita, keduanya telah duduk di bangku kelas XII. Kedua sahabat ini dikenal akan kecerdasan dan kepiawaiannya dalam dunia IPA. Tak heran jika keduanya selalu mewakili sekolah bahkan kabupaten mereka di ajang Kompetisi Sains Madrasah. Ajang ini merupakan olimpiade yang diperuntukan bagi mahasiswa madrasah di seluruh Indonesia.
Sejak dulu, Andi memang terkenal dengan rumus fisikanya, sementara Indah dengan nama latin biologinya. Sembari mengikuti proses belajar mengajar di sokolah, mereka juga mempersiapkan diri untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau lebih dikenal dengan jalur undangan.
Berbagai persiapan mereka jalani, mulai dari penginputan nilai rapor, pendaftaran akun SNMPTN, hingga pemilihan jurusan. Bagi Andi ini adalah jalan satu-satunya menuju kampus yang ia impikan sejak dulu. Ia sebenarnya tak mendapat restu dari kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendiidkan lantaran terkendala biaya. Namun, andi tetap mendaftar secara diam-diam dan mengikuti seleksi SNMPTN tersebut. Hampir setiap malam ia menunaikan salat tahajjud meminta agar keinginannya dapat terkabul. Andi memang percaya bahwa tempat untuk meminta hanya kepada-Nya.
Berbeda dengan Andi, Indah merasa persiapan yang dilakukan meski tidak akan membawanya lulus jalur ini tak menjadi masalah. Ia bisa mengambil jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri atau bahkan jalur mandiri sekalipun. Jalur yang memang diperuntuhkan bagi orang-orang kaya seperti Indah. Punya banyak uang dan menyumbangkan secuil uang itu ke universitas tak masalah baginya.
Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Hari yang menjadi penentu apakah Andi akan melanjutkan pendiidkannya di perguruan tinggi atau tidak. Bersama teman kelasnya, Andri, Radia, dan Ningsih, mereka berangkat ke warkop terdekat untuk mengakses jaringan agar dapat mengecek hasil pengumuman tanpa ada kendala.
Jam menunjukkan pukul 14.00 Wita, sudah waktunya bagi Andi bersama puluhan ribu siswa di seluruh Indonesia untuk melihat jalan masa depan mereka. Andi membuka link pengumuman SNMPTN di telepon genggam miliknya. Hatinya mulai tak karuan. Selang beberapa menit setelah Andi memasukkan NISN dan kata sandi akun SNMPTN, sebuah pesan bertuliskan selamat Anda diterima di Universitas Hasanuddin dengan Jurusan Fisika di atas kotak berwarna biru. Sontak membuatnya beteriak, “Alhamdulillah”.
Bahkan orang-orang yang berada di ruangan tersebut kaget dan entah mereka berpikir kalau Andi sedang mencari perhatian. Ia tak memedulikan orang-orang tersebut. Alhamdulillah, satu pintu telah terbuka untuk sampai di perguruan tinggi. Bila Andi dinyatakan lolos, Indah tidaklah demikian. Ia mendapat pesan di atas kotak berwarna merah yang menyatakan bahwa dia tidak lolos.
Kekuatan doalah yang mampu membawanya sampai pada titik ini. Salat tahajjud ditambah dengan doa kedua orangnya menjadi kekuatan tersendiri sehingga ia terus berjuang. Bahkan setelah resmi diterima di kampus merah, Andi juga berhasil mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Hingga kini, Andi dan Indah telah mengerjakan tugas akhir Skripsi mereka meski kuliah di universitas berbeda.
Sebuah hikmah yang dapat diambil dari cerita singkat tersebut adalah teruslah berusaha untuk mencapai hal yang diinginkan. Meski kita terbatas oleh kondisi ekonomi, tetapi dengan berdoa dan berusaha maka semua akan ada jalan.
Penulis adalah Redaktur Pelaksana PK identitas 2020,
Alumnus Departemen Fisika,
Angkatan 2016.