Alkisah piring dan gelas
Dalam prihatin lugas
Mereka menatap tragis
Meraung-raung ingin diisi hal manis
Entah nasi-kue-mie-apapun mereka tak rasis
Mereka beradu dalam hingar
Persetan suara tak didengar
Yang penting usaha saja
Sesekali mengusap badan
Yang kosong melompong tak perlu ditanya
Bunyi keroncong menambah syahdu aksi rempong
Astaga, lupa ini tanggal tua
Pemiliknya baru-baru di PHK sebab korona
Lengkap sudah penderitaan hina
Sejujurnya mereka tak apa tapi
Apa pemiliknya tak apa-apa?
Pasalnya hanya gelas yang selalu terisi
Terisi air tentunya
Usah peduli air mata atau air galon semata
Piring menganggur
Sampai berteman sarang laba-laba dari
Langit-langit kos yang tak digubris
Kalau malam, samar ia ikut menangis
Sampai meringis sementara
Sang pemilik tetap apatis
Begitu saja
Mereka tetap tak digubris
Penulis: Iswatun Khazanah,
mahasiswa Geofisika,
Fakultas MIPA Unhas,
angkatan 2018.