Tujuh tahun kuliah di Universitas Kobe Jepang, Prof Dr Ir Muhammad Tola M Eng akhirnya memperoleh gelar doktor ‘ladang devisa’ dari Negeri Sakura.
Prof Dr Ir Muhammad Tola M Eng, jebolan pertama Fakultas Teknik Jurusan Elektro. Dia terkenal di negeri matahari terbit karena penelitian disertasinya yang berjudul “Study of Model Equations of Fluorescent Lamps”. Di dalam disertasi itu, Tola, begitu ia disapa, membahas tentang opto-electronics. Opto-electronics merupakan bidang ilmu yang mengkaji soal cahaya.
Penelitian ini mempunyai kelebihan pada daya tangkap cahaya yang lebih bagus dan berdaya tahan lama. Menurut doktor yang saat ini masih aktif mengajar di Fakultas Teknik Unhas, hingga sekarang pemanfaatan cahaya yang ada di alam bebas dapat menjadi bahan menarik bagi ilmuwan dan mahasiswa untuk diteliti. Baginya, pemanfaatan cahaya yang optimal akan banyak membantu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara, bukan hanya sebagai bahan untuk menerangi rumah.
“Sinar matahari merupakan karunia tuhan yang luar biasa. Kita sebagai manusia harus bisa memanfaatkan dengan baik, apalagi bagi mahasiswa. Ini menjadi hal luar biasa jika bisa diteliti,” ungkapnya saat ditemui di Universitas Cokroaminoto, Makassar beberapa waktu lalu.
Lelaki asal Mare, Kabupaten Bone ini lulus sebagai doktor dengan bidang kajian yang langka. Dulu, ketika ia kuliah belum banyak mahasiswa maupun peneliti yang tertarik untuk mengangkat studi kasus tentang cahaya.
Dikutip dari terbitan identitas tahun 1986, sebagai doktor opto-electronics yang langka, Prof Tola merupakan doktor paling mahal dari negeri matahari terbit itu. Sebab, ia telah dengan berani memilih bidang kajian yang tabu bagi orang asing di Jepang.
Bidang elekronik merupakan ‘Bonanza’, sumber keuntungan, bagi negara itu. Maka tak heran, Prof Tola bergelut selama tujuh tahun baru berhasil meraih gelar ‘ladang devisa’ bagi Jepang.
Lelaki yang sering mengendarai mobil klasik ketika ke kampus ini ternyata pernah ‘nyasar’ ke beberapa fakultas seperti Fakultas Kedokteran Unhas, Fakultas Pertanian Unhas, dan bahkan sempat kuliah setahun di Jurusan Teknik Sipil sampai akhirnya memutuskan menimba ilmu di Jurusan Teknik Elektro tahun 1966. Delapan tahun berlalu, tepatnya 1974, Tola menyelesaikan studinya dan didapuk sebagai lulusan pertama dan terbaik. Setelah menyelesaikan S1, Tola menjadi dosen di Jurusan Teknik Elektro Unhas hingga sekarang.
Kemudian di tahun 1981, Tola berkesempatan menerima beasiswa dari pemerintah Jepang lewat Manbusho untuk Program Master di Universitas Kagoshima Jepang. Di tahun 1984 ia berkesempatan melanjutkan program doktor di Universitas Kobe. Saat sekolah di Jepang, sang istri, Herina M. Tola mendampinginya.
Mengomentari pendidikan di negeri sakura, ayah dua anak ini mengemukakan bahwa hubungan yang terjalin antara mahasiswa dan dosen pembimbing amat dekat.
“Mungkin karena dosennya sudah ahli semua, jadi kita sebagai mahasiswa dalam melakukan konsultasi itu berjalan enak, lancar, dan nyambung,” tuturnya.
Ia mengaku sangat bersyukur bisa menyelesaikan studi master dan doktornya di negeri matahari terbit itu. “Saya belajar bahwa orang Jepang itu karakternya kuat. Mereka jujur dan sangat taat,” sambungnya. Menurut Prof Tola, dua karakter itu yang membuat Jepang menjadi negara maju dan percontohan.
Badaria